Wow, Terobosan Baru Mahasiswa Undip, Limbah Silika Geothermal Dieng Disulap Jadi Cairan Antikarat
Bahan dasar adalah pasir silika.Itu adalah limbah yang dihasilkan dalam aktivitas geothermal di Dieng Kabupaten Banjarnegara.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Deni Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Bertempat di Gedung Departemen Teknik Kimia Lantai II Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (FT Undip) Semarang, tiga mahasiswa yang bergabung pada Advanced Mekanik Laboratorium (Alam) bimbingan Dr Ing Silviana sukses membuat produk inovatif.
Adalah Ari Purnomo (21), Ferio Dalanta (21), dan Adelia Dian Oktaviani (20) sukses memproduksi produk bernama Sufoting.
Bahan dasar adalah pasir silika.
Itu adalah limbah yang dihasilkan dalam aktivitas geothermal di Dieng Kabupaten Banjarnegara.
Dalam kesempatan itu, ketiganya pun secara khusus menunjukkan cara kerja produk yang dihasilkan dari riset sejak Januari 2018 silam yang kemudian pula diikutkan dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Tahun 2018 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI.
Kepada Tribunjateng.com, Kamis (24/5/2018), Ari --ketua tim-- menunjukkan 2 perbedaan antara kertas karton cokelat yang telah disemprotkan cairan silika dengan yang polosan (tidak dilandasi cairan).
Pada bagian dasar kedua kertas tersebut kemudian diberi tetesan air beberapa kali.
Hasilnya, seperti pada umumnya kertas lainnya, karton tanpa diberi silika tanpa menunggu waktu lama akan meresap ke dalam serat kertas tersebut.
Tetapi, cukup mengejutkan, karton yang telah diberi silika, tetesan air langsung tumpah dan tak terlihat ada yang meresap.
Tidak sekadar pada media kertas. Dia juga menggambarkan kinerja cairan silika pada potongan bambu dan kaca. Secara umum, hasilnya sama.
Cairan silika itu bernama Sufoting; Advanced Protection.
Mahasiswa semester 6 Teknik Kimia Undip asal Serang Provinsi Banten tersebut mengutarakan, dasar awal mereka melakukan riset karena prihatin ketika kerapkali melihat material batang besi atau yang produk berbahan dasar besi mudah mengalami korosi atau berkarat.
“Termasuk juga batang-batang bambu. Ketika terkena air hujan pun mudah membusuk, menjamur. Dari situ kami mencari gagasan untuk mengurangi risiko terhadap material (barang) yang selama ini tidak terlalu tahan lama ketika terkena air,” jelasnya.