Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Para Pelajar di Lereng Merapi Menembus Hujan Abu dan Dihantui Suara Gemuruh dari Perut Merapi

Dila mengaku hanya bisa belajar sebentar karena cemas dengan aktivitas Gunung Merapi yang terus meningkat.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kisah Para Pelajar di Lereng Merapi Menembus Hujan Abu dan Dihantui Suara Gemuruh dari Perut Merapi
ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN
Siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan mengenakan masker di SD Negeri Banyudono, Dukun, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (23/5/2018). Gunung Merapi kembali mengalami letusan freatik pada Rabu pukul 03.31 berdurasi empat menit dengan ketinggian 2.000 meter yang mengakibatkan hujan abu di sejumlah wilayah bagian barat Gunung Merapi. Warga yang terdampak abu vulkanis dihimbau beraktivitas dengan menggunakan masker. 

TRIBUNNEWS.COM - Sudah dua pekan Gunung Merapi bergejolak.

Gunung yang berada di wilayah perbatasan Sleman, Klaten, Boyolali dan Magelang tersebut mengalami erupsi freatik dengan memuntahkan abu vulkanik hingga BPPTKG menaikan statusnya menjadi waspada.

Kondisi itu pun membuat warga yang tinggal di wilayah lereng Merapi cukup was-was.

Perasaan itu juga dirasakan oleh para pelajar yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III baik di wilayah Kabupaten Magelang maupun Boyolali.

Mereka nyaris tidak bisa fokus belajar menjelang ujian akhir semester ini. Suara gemuruh disertai getaran membuat mereka takut.

Dila Ardian (14), siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Sawangan, misalnya.

Dila mengaku hanya bisa belajar sebentar karena cemas dengan aktivitas Gunung Merapi yang terus meningkat.

Berita Rekomendasi

"Belajar hanya bisa sebentar, paling 15 menit, karena takut ada suara gemuruh, kadang disertai getaran seperti gempa," kata Dila, ditemui di asrama sekolahnya, Kamis (24/5/2018) sore.

Dila juga tidak bisa istirahat akibat rasa cemas tersebut.

Keesokan harinya Dila harus berangkat ke sekolah mengendarai sepeda motor melintasi lereng Gunung Merapi.

Tidak jarang ia harus menembus pekat hujan abu dan pasir jika Merapi meletus.

Rumah Dila di Dusun Karang, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, berjarak sekitar 8-9 kilometer dengan sekolahnya di Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.

Sementara jarak rumah dengan puncak Merapi hanya 4 kilometer.

Dila merasa senang karena sekolahnya membuat kebijakan untuk menginapkan siswanya yang tinggal di KRB III di asrama sekolah selama ujian akhir semester.

Kebijakan ini diambil supaya mereka bisa fokus belajar menghadapi ujian yang dilaksanakan sampai Kamis (31/5/2019).

“Alhamdulillah senang, bisa tidur di sekolah, bisa belajar dengan tenang,” ungkap Dila.

Hal sama dirasakan Faisal Tri Utomo (14). Remaja asal Dusun Gowokringin, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, itu masih ingat betul ketika erupsi Merapi 2010 silam.

Dia dan seluruh keluarganya merasakan kepanikan saat Merapi bergemuruh lalu mengeluarkan awan panas.

Dia harus berlarian mengungsi ke lokasi aman.

“Ingat sekali waktu erupsi tahun 2010, takut kalau kali ini terjadi lagi,” ujarnya.

Humas SMP Muhammadiyah 2 Sawanga, Ahmad Taufik, menjelaskan ada 29 siswa yang menginap di asrama sekolah.

Mereka berasal dari KRB III meliputi Tlogolele, Karang dan Stabelan, Kabupaten Boyolali serta Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

“Kami meminta mereka untuk sementara menginap di sekolah saja, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan karena aktivitas Gunung Merapi sedang meningkat,” tutur Taufik.

Ia merasa prihatin karena para siswanya itu tidak bisa belajar dengan tenang, padahal saat ini sedang berlangsung ujian akhir semester.

Tidak hanya itu, akses dari rumah mereka ke sekolah juga beresiko terdampak abu atau material gunung Merapi.

“Ada yang curhat kalau tidak bisa belajar karena takut, jadi kami putuskan supaya mereka bermalam di sekolah. Biar mereka fokus, tidak beban, merasa aman,” jelasnya.

Taufik berujar selama anak-anak menginap sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab pihak sekolah, mulai dari pendampingan belajar sampai kebutuhan logistik.

Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Magelang. Seperti diketahui, lebih dari sepekan ini, Gunung Merapi yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan DIY itu mengalami peningkatan aktivitas, sejak Jumat,11 Mei 2018.

BPPTKG pun telah menaikkan status dari normal menjadi waspada sejak Senin, 21 Mei 2018. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas