Memperkuat Pondasi Ekonomi bagi Budaya Konsumsi Pinang di Papua
Tidak hanya itu, menikmati buah pinang sudah bergeser menjadi suatu bentuk gaya hidup dari masyarakat Papua pada umumnya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
“Dalam program Pondok Pinang ini Freeport menggandeng Bank BRI kantor cabang Timika dan Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika melalui Dinas Koperasi dan Ekonomi Kreatif, Dinas Perindustrian & Perdagangan (Diskoperindag), Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan KB (P3AP2KB) dan dinas Tata Kota,” terang Ronny Yawan.
Ronny Yawan menjelaskan, bentuk kontribusi yang diberikan oleh PTFI melalui program ini di antaranya adalah layanan distribusi pinang, pemasok yang dibentuk dalam program ini bertanggungjawab untuk mendistribusikan buah Pinang kepada seluruh peserta program.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya transportasi dan memangkas biaya-biaya produksi yang tidak perlu sehingga pendapatan menjadi meningkat. Pemasok dilengkapi dengan alat transportasi guna mempermudah proses distribusi pinang.
“Freeport memberikan layanan pendampingan, pembinaan dan pelatihan bagi para peserta program Pondok Pinang. Untuk meningkatkan usaha peserta program pinang, peserta program pondok pinang juga diberikan fasilitas kredit modal kerja sesuai kebutuhan. Selain itu tentunya untuk memudahkan berjualan, para peserta program dibantu tempat berjualan yang dinamakan Pondok Pinang,” terang Ronny Yawan.
Salah satu mama penjual pinang Agustina M. Yoku dengan semangat menceritakan bahwa dia dan teman-temannya mereasa terbantu dengan program ini.
Dia menjelaskan jadi tahu cara menjual pinang agar lebih menguntungkan dan mendapatkan kemudahan modal dan pasokan pinang.
“Saya suka sekali dengan pondok pinang yang diberikan ke saya untuk berjualan ini,” kata Agustina salah seorang mama penjual pinang. “Semoga buah pinang yang saya jual makin laku,” Agustina.