Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Keluarga Korban KM Sinar Bangun di Danau Toba Belum Dapat Sumbangan dari Ratna Sarumpaet

Ratna Sarumpaet beberapa hari lalu mengaku berbohong kepada Publik telah dianiaya hingga wajahnya lebam, dan ternyata lebam diwajahnya akibat operasi

Editor: Sugiyarto
zoom-in Keluarga Korban KM Sinar Bangun di Danau Toba Belum Dapat Sumbangan dari Ratna Sarumpaet
Dokumentasi GMKI
Dokumentasi GMKI musibah KM Sinar Bangun di Danau Toba 

Merujuk beleid itu, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, menyebut penggalangan dana publik hanya boleh dilakukan badan hukum, bukan individu atau perseorangan.

Badan hukum itu pun, kata Tulus, sebelumnya harus mendapatkan izin dari Kementerian Sosial.

"Tak boleh ada pengumpulan uang dari masyarakat, untuk dirinya sendiri atau kepentingan publik sekalipun," kata Tulus.

Pengumuman penggalangan dana yang diinisiasi Ratna terlihat dalam unggahan di akun Instagram putrinya, Atiqah Hasiholan, tertanggal 29 Juni.

Dalam unggahan itu tertulis, Ratna Sarumpaet Crisis Center berencana bertemu dengan keluarga korban KM Sinar Bangun, yang sebagian merupakan masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

"Yang ingin berbagi, silakan kirimkan dana untuk bantuan keluarga korban ke rekening BCA 2721360727," demikian pengumuman tersebut.

Di luar konteks penyelidikan, menurut Tulus Abadi, penggalangan dana publik harus dikumpulkan ke rekening bank milik badan hukum, bukan perorangan.

Berita Rekomendasi

Pemisahan itu disebutnya untuk mencegah campur aduk kepentingan.

Seiring munculnya beragam bencana alam dan tragedi kemanusiaan di Indonesia belakangan ini, Tulus mendorong masyarakat pilih-pilih dalam menyumbangkan dana.

Tak berhenti pada mengirim uang, donatur juga perlu meminta transparansi penggunaan dana kemanusiaan itu.

"Masyarakat sangat berhak meminta itu, walau regulasi kita belum mengatur hak donatur. Tapi semestinya penggalang dana uang itu digunakan untuk apa saja," kata Tulus.

Diwawancarai pada saat kejadian, Robert menuturkan AnaknyaJaya Sidauruk pernah bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK).

Namun, dua bulan sebelum kejadian Jaya tidak lagi bekerja sebagai ABK pada kapal penyeberangan Simanindo-Tigaras.

Entah mengapa,pada hari naas 18 Juni, putra sulungnya tersebut pergi ke kapal dan hari itu menjadi perpisahan terakhir bagi mereka setelah KM Sinar Bangun tenggelam.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas