Kisah Aji dan Rendi, Sempat Terseret Tsunami saat Terjang Palu, Selamat karena Pegangan Balok
AJI dan Rendi merupaka anggota Air Soft Gun asal Samarinda yang saat kejadian gempa dan tsunami sedang berada di Palu
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Ketika sudah berada di bangunan itulah, tsunami mulai terjadi dan ikut menyeret Rendi. Beruntung, ia bisa selamat karena berpegangan tiang balok tersisa yang ada di lokasi hotel.
"Saya hanya berpikir selamatkan diri. Di reruntuhan hotel hanya bisa berpegangan tiang balok hotel. Ada sekitar 10 detik saya tenggelam dan juga terseret arus. Ada mobil lewat terseret air, korban minta tolong, papan, dan yang lainnya. Itu sekitar 10 detik, termasuk terminum air," ungkapnya.
Saat air mulai surut, barulah ia bisa menyelamatkan diri. Beruntung, arus tsunami yang menghantam daratan tidak terlalu lama.
"Saya hanya diam di tempat, berpegangan dengan tiang balok. Kemudian air sudah mulai surut. Sudah tak bisa menolong, karena berpegangan dengan tiang. Kalau tsunami yang pertama itu masih kecil, tsunami yang kedualah yang gelombangnya tinggi," kata Rendi.
Setelah air surut, Rendi menuju bukit. Tiba di salah satu bukit itulah, semuanya sempat berkumpul menahan lapar.
"Kami sepakat, semua orang tak boleh terpisah. Ketika sudah terkumpul, baru kami kembali ke lokasi Guest House Asni. Dua malam kami stay (tinggal) di parkiran hotel. Baru setelah kami merasa tak bisa terevakuasi, kami putuskan ke bandara," katanya.
Penjarahan dan harga barang yang tinggi juga ikut dirasakan tim Air Soft Gun asal Samarinda tersebut.
"Ya barang mahal. mie instan satu kardus bisa Rp 150 ribu. Tetapi itu hanya hari pertama dan kedua. Hari ketiga itu sudah chaos sekali. Ada toko yang sudah mulai diambil oleh warga," katanya.
Kondisi hari selanjutnya, justru semakin parah. Bahkan hawa busuk bau mayat diprediksi sudah menyeruak ke seluruh Kota Palu. Beruntung, seluruh tim Air Soft Gun asal Samarinda berhasil dievakuasi dan selamat hingga kembali ke Kaltim. (anj/dmz)