Tsunami Di Sulteng, Peneliti Jepang: Warga Tidak Punya Banyak Waktu untuk Lari
Sementara itu, seorang Peneliti Jepang menunjukkan tsunami lebih dari 10 meter itu menghantam beberapa lokasi
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, PALU - Lembaga terkait yang menangani gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah pada Jumat sore, 28 September lalu mengungkapkan fakta baru mengacu pada ketinggian air dalam musibah tersebut.
Dikutip dari laman NHK World, Kamis (11/10/2018), pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan bahwa tsunami setinggi 11,3 meter terjadi di Palu Timur, sesaat setelah gempa berkekuatan 7,4 skala richter mengguncang provinsi tersebut.
Baca: Rawan Bencana Geologis, BIG Ungkap Kajian Kota Palu Tidak Aman untuk Dihuni
Lembaga pemerintah itu mencatat, tsunami menempuh jarak 468 meter hingga mencapai daratan.
Sementara itu, seorang Peneliti Jepang menunjukkan tsunami lebih dari 10 meter itu menghantam beberapa lokasi.
Namun ia mengatakan banyak orang yang tidak memiliki cukup waktu untuk melarikan diri dari terjangan tsunami, karena air tersebut datang segera setelah gempa mengguncang.
Baca: Cuaca di Jakarta Akhir-akhir Ini Terasa Lebih Panas dari Biasanya, Begini Penjelasan BMKG
Menurut data yang dihimpun pada Rabu kemarin oleh BNPB, sebanyak 2.045 orang telah meninggal dunia dan puluhan ribu lainnya kini masih tinggal di pengungsian.
Bahkan masih banyak korban yang belum ditemukan.