Iswandi Pasrah saat Lumpur 'Menyedot' Rumahnya: Kalau Allah Mau Cabut Nyawa, Saya Ikhlas
Sampai akan menunaikan Salat Magrib, suasana pun berubah menjadi mencekam. Seketika isi rumah goyang tak karuan.
Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Dewi Agustina
"Disitu saya sudah pasrah, kalo Allah mau cabut nyawa saya saya ikhlas, tapi kalo belum waktu nya saya mohon untuk diselamatkan," ucap Iswandi lirih.
Tuhan seakan mendengar doa Iswandi, tiba-tiba tanah dan lumpur berhenti bergerak, dan atap rumahnya terbuka.
Dari celah yang cukup sempit itu, Iswandi merangkak ke luar secara perlahan.
Dalam situasi masih genting, Iswandi berhasil menyelamatkan diri.
Sementara nasib sang istri Mufida, sebaliknya.
Mufida yang sudah dinikahinya selama 10 tahun itu, ditemukan tewas 50 meter dari rumahnya.
"Bencana sudah musibah, istri meninggal, saya coba tegar dan bersabar," ucap Iswandi lirih.
Saat ini, Iswandi masih mengungsi di pengungsian Petobo Atas, bersama kedua anaknya yang selamat.
Iswandi pun masih tak percaya atas nikmat dan karunia yang diberikan Tuhan kepadanya.
"Kalau saat itu saya mati saya ikhlas, dan saat ini saya masih hidup, saya akan lebih tawakal," ucap Iswandi.