Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Zero Kerambah di Bendungan Jatiluhur pada Akhir 2018

Saat itu jam menunjukkan pukul 12 siang, matahari pun menyengat persis berada di atas kepala.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Zero Kerambah di Bendungan Jatiluhur pada Akhir 2018
Tribunnews.com/Srihandriatmo Malau
Bendungan Ir H Djuanda (Jatiluhur), bendungan terbesar di Asia Tenggara, yang berada di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Senin (22/10/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, PURWAKARTA - Saat itu jam menunjukkan pukul 12 siang, matahari pun menyengat persis berada di atas kepala.

Ikatan keluarga alumni Lemhanas RI (IKAL) Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXI dan sejumlah wartawan berkesempatan mengarungi Bendungan Ir H Djuanda (Jatiluhur), bendungan terbesar di Asia Tenggara, yang berada di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Senin (22/10/2018).

Ketua IKAL PPSA GROUP XXI, Komjen Pol (pur) Arif Wachjunadi berserta Pengurus IKAL PPSA GROUP XXI yang hadir adalah Mayjend TNI Ilyas Alamsyah, Lily Wasitova, AM Putut Prabantoro dan Caturida Meiwanto Doktoralina menumpang di Kapal Patroli Polisi Air Indonesia.

Sejumlah pejabat utama Perum Jasa Tirta II (PJT II) pun turut mendampingi mengelilingi bendungan yang yang memiliki panjang 1.200 meter itu. Bendungan yang di-ground breaking tahun 1957 oleh Presiden pertama RI, Soekarno itu memiliki kapasitas tampung air sekitar 3 miliar meter kubik, dan luas genangan sekitar 8.300 Ha.

Baca: Perkosa Gadis 6 Tahun dan Buang Mayatnya ke Tempat Sampah, Pria Dihukum Mati, Korban Lebih dari Satu

Saat itu sedang ada masalah pada kualiatas air di bendungan, yang memasok 80 persen air baki kebutuhan Jakarta.

Kapal patroli memecah air di bendungan yang dikonstruksi pada 1957-1967.

Keindahan panorama alam berlatar belakang pegunungan menambah keindahan selama menikmati perjalanan.

Berita Rekomendasi

Dari kejauhan terlihat petakan-petakan dan rumah seakan terapung di tengah bendungan. Aroma tak sedap, khas pakan ikan pun mulai tercium menyengat.

Keramba Jaring Apung (KJA) terlihat menghampar di satu sudut Bendungan Jatiluhur.

Baca: MA India Cabut UU Larangan Homoseksual

Menurut Direktur Utama PJT II Jatiluhur, Djoko Saputro, jumlah KJA memang sudah jauh berkurang sebanyak 2.500 lebih setelah ditertibkan Satgas dari pertengahan April 2017-Oktober 2018.

Tersisa 31.731 petak KJA dengan konsumsi pakan hatian 211,5 ton per hari, atau 77.212 ton per tahun.

Belum lagi total rumah jaga KJA sebanyak 1.289 unit dengan total penjaga 2.578 orang. Diasumsikan limbah kotoran manusia 1,3 ton per hari atau 470 ton per tahun.

"Dengan lebih 31 ribu KJA di danau Jatiluhur saat ini itu sudah diatas kemampuan danau untuk menerima pengotoran dati kerambah. Apalagi sekarang musim kemarau, tinggi muka airnya surut, dengan tingkat pengotoran yang relatif sama, kontaminasi terhadap air itu menjadi sangat tinggi," ujar Djoko.

Baca: Sederet Jadwal dan Lokasi Tes Seleksi Kompetisi Dasar CPNS 2018, Cek di sscn.bkn.go.id

Keberadaan KJA di perairan tersebut dianggap menjadi salah satu biang kerok menurunnya kualitas air di Bendungan Jatiluhur.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas