Fee Proyek Dinas PUPR Lampung Selatan Digunakan untuk Keperluan Zainudin Hasan
Uang fee proyek diterimanya dalam bentuk tunai lalu digunakan untuk membeli villa dan ruko
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Reporter Tribun Lampung Hanif Mustafa
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Anggota DPRD Provinsi Lampung Agus Bhakti Nugroho menegaskan, uang fee proyek Dinas PUPR Lampung Selatan digunakan untuk keperluan Bupati nonaktif Lampung Selatan Zainudin Hasan.
Hal itu diungkapkan Agus BN dalam persidangan perkara dugaan fee proyek Dinas PUPR Lampung Selatan dengan terdakwa Bupati nonaktif Lampung Selatan Zainudin Hasan di Pengadilan Negeri Tipikor Tanjungkarang, Senin, 14 Januari 2019.
"Uang-uang fee proyek yang Anda terima terus diapakan?" tanya hakim ketua Mien Trisnawaty.
Agus menjelaskan, uang fee proyek diterimanya dalam bentuk tunai.
Tanpa menunggu lama, Agus pun langsung mengalirkan uang itu untuk membiayai kepentingan Zainudin Hasan, seperti pembelian vila di Pulau Tegal Mas milik Thomas Aziz Riska.
"Secara global untuk siapa?" ujar Mien.
"Saya serahkan untuk kepentingan (Zainudin Hasan) seperti pembelian vila, ruko, dan memberi Pak Wakil sebesar Rp 350 juta," jawabnya.
Agus mengakui, selain aliran dana fee proyek dari Anjar Asmara, ia juga menerima uang dari Syahroni.
Baca: Polisi di Madiun Ciduk Model yang Tekuni Bisnis Prostitusi Melalui Facebook di Hotel
"Ada beberapa kali dapat dari Syahroni. Nominal lupa," ungkapnya.
"Memang tidak dicatat?" tanya Mien.
"Saya dulu pernah catat. Tapi, disuruh buang," ungkap Agus.
"Siapa suruh buang?" tanya Mien.
"Bapak (Zainudin Hasan)," jawab Agus.
Karena Agus mengaku lupa uang yang diserahkan oleh Syahroni, Mien pun membacakan berkas acara pemeriksaan (BAP).
"Jadi dari Syahroni ada Rp 9,647 miliar. Itu dari Syahroni?" tanya Mien.
"Iya, ada yang cash dan ada yang berupa properti," jawabnya.
"Selain itu, ada dari penerima paket pekerjaan?" tanya Mien.
"Rusman, Bastian," jawab Agus.
"Itu semua penerima paket pekerjaan?" tanya Mien.
"Iya, Yang Mulia," ucap Agus.
Terima Duit Sebelum OTT
Mantan Kadis PUPR Lampung Selatan Anjar Asmara mengaku sempat menerima uang fee proyek dari rekanan sebesar Rp 225 juta.
Uang itu diterimanya sebelum terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK.
Hal ini diungkapkan Anjar Asmara dalam kesaksiannya pada persidangan dengan terdakwa Zainudin Hasan, bupati nonaktif Lampung Selatan, di Pengadilan Negeri Tipikor Tanjungkarang, Senin, 14 Januari 2019.
"Dari Rusman baru Rp 225 juta. Saya yang terima," ungkap Anjar.
"Uangnya buat apa?" tanya hakim ketua Mien Trisnawaty.
"Buat pembayaran kamar hotel Perti," jawab Anjar.
Anjar pun mengaku tidak tahu jika uang tersebut untuk membayar kamar hotel sebagai fasilitas kegiatan Rakerda Perti.
"Saya gak tahu awalnya. Tapi, telepon ke Pak Bupati. 'Izin, Pak, saya sekarang di depan pintu Hotel Swissbell ketemu Agus.' Jawabnya silakan dibantu," ungkapnya menirukan percakapan dalam telepon.
Mien pun mempertanyakan uang yang dikembalikan oleh Anjar ke KPK.
"Sudah ada Rp 400 juta," sebut Anjar.
Dapat Pesan
Sejak dilantik sebagai Kadis PUPR Lampung Selatan, Anjar Asmara mengaku sudah mendapat pesan untuk mengamankan kebijakan yang ada di instansi tersebut.
Hal ini diungkapkan Anjar Asmara dalam kesaksiannya pada persidangan Bupati nonaktif Lampung Selatan Zainudin Hasan di Pengadilan Negeri Tipikor Tanjungkarang, Senin, 14 Januari 2019.
"Saat setelah Anda dilantik ada pesan?" tanya hakim ketua Mien Trinawaty.
"Ya, mengamankan kebijakan. Karena di Dinas PUPR banyak kegiatan," jawab Anjar.
"Saudara pahami karena Dinas PU banyak proyek?" tanya Mien lagi.
"Iya betul," balas Anjar.
"Paham gak yang diamanin apa?" tanya Mien.
"Saya paham," tutur Anjar.
"Terkait apa?" kejar Mien.
"Terkait plotting kegiatan," ujar Anjar.
• Sebulan Huni Lapas Rajabasa, Zainudin Hasan Belum Bisa Move On
Mien pun mempertanyakan, informasi adanya plotting kegiatan dari mana.
"Informasi dari kawan-kawan. Seperti dari Pak Syahroni. Pernah juga dari Pak Agus. Secara detail dari Pak Bup," tuturnya.
Mien pun menanyakan plotting tersebut oleh Bupati Lampung Selatan Zainudin Hasan kapan disampaikan dan siapa saja yang diberi tahu.
"Saya lupa," jawab Anjar.
"Pemberitahuan ini secara apa?" tanya Mien.
"Secara lisan. Kemudian saya catat dan (daftar plotting) saya serahkan ke Pak Syahroni," timpalnya.
"Ingat gak siapa saja daftar yang disampaikan?" tanya Mien.
"Saudara Boby dapat 15 paket proyek senilai Rp 79 miliar. Gilang dapat paket proyek senilai Rp 50 miliar. Anggota DPRD dapat paket pekerjaan senilai Rp 18 miliar dan ditambah Rp 10 miliar, jadi total Rp 28 miliar. Kemudian wakil bupati dapat paket pekerjaan Rp 10 miliar," jawab Anjar.
"Kalau dewan ini untuk siapa?" tanya Mien.
"Saya gak tahu. Tapi, saya berkomunikasi dengan anggota dewan," jawab Anjar.
Zainudin Hasan kembali menjalani sidang lanjutan kasus dugaan fee proyek Dinas PUPR Lampung Selatan, Senin, 14 Januari 2019.
Persidangan yang digelar di Pengadilan Negeri Tipikor Tanjungkarang ini diagendakan mendengarkan keterangan para saksi.
Jaksa penuntut umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menghadirkan tujuh saksi.
Adapun mereka adalah mantan Kadis PUPR Lampung Selatan Anjar Asmara, anggota DPRD Lampung nonaktif Agus BN, Syahroni, Hermansyah Hamidi, Kadis Pendidikan Lamsel Thomas Amirico, Plt Bupati Lamsel Nanang Hermanto, dan Ketua DPRD Lampung Selatan Hendry Rosadi.
JPU KPK Wawan Yunarwanto pun meminta ketujuhnya untuk diperiksa secara bersamaan.