Warga 2 Desa Ini Bertaruh Nyawa Saat Akan Menyeberang Satu-satunya Jembatan Akses ke Temnpat Lain
Pemerintah belum membangun jembatan permanen kembali usai jembatan gantung di tempat itu putus akibat banjir, 2016 lalu.
Editor: Hendra Gunawan
Tetapi lain halnya, saat debit air naik, bangunan itu terlihat sekali kerapuhannya.
Intensitas hujan tinggi acap membuat sungai meluap hingga berarus deras.
Tinggi air bahkan bisa mencapai atau melebihi lantai jembatan.
Saat itu, penampakan jembatan yang terus digoyang arus banjir berubah menyeramkan.
Kondisi itu tentu saja menyiutkan nyali warga untuk melintas. Tetapi, sebagian warga rupanya tetap nekat menyeberang. Meski di depan maut menantang.
Alasannya, tidak ada pilihan jalur lain untuk mengakses daerah tujuan, kecuali melalui rute memutar sejauh sekira 1 sampai 1,5 jam.
Aksi nekat pengendara menyeberang saat sungai meluap ini pun sempat direkam warga hingga viral saat diunggah di media sosial.
Lantai jembatan mestinya sangat licin karena terguyur hujan. Jembatan reot itu pun bisa seketika roboh atau hanyut tersapu arus.
Tetapi tak mungkin jembatan ditutup mengingat pentingnya akses itu bagi masyarakat.
Warga hanya dapat mengingatkan penyeberang saat debit air meningkat.
Untungnya, jembatan itu juga selalu diawasi sang penjaga saat banjir melanda.
Ia siap menyeberangkan warga yang tak berani melintas dengan imbalan seikhlasnya.
"Kalau gak berani melintas, ada penjaga yang menyeberangkan,"katanya
Insiden sempat mewarnai aksi nekat warga. Jembatan ini pernah nyaris memakan korban.
Harto mengungkapkan, seorang pengendara sempat terpeleset saat menyeberangi jembatan yang licin selepas hujan.