Pengembangan Wisata di Area Geopark Gunungsewu Gunungkidul Alami Kesulitan, Ini Kendalanya
Pengembangan kawasan Geopark Gunungsewu lantaran banyak geosite yang berada dalam lahan perorangan.
Editor: Sugiyarto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNNEWS.COM, GUNUNGKIDUL - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul alami kendala dalam pengembangan kawasan Geopark Gunungsewu lantaran banyak geosite yang berada dalam lahan perorangan.
Sekretaris Dinas Pariwisata Gunungkidul, Harry Sukmono mengatakan, ada beberapa geosite yang status kepemilikannya dimiliki oleh personal, seperti Geosite Lembah Bengawan Solo Purba yang bertempat di Desa Pucung, Kecamatan Girisubo.
"Ada lagi Geosite yang berada di Pantai Siung ke timur Kecamatan Girisubo. Hal tersebut terjadi karena warisan bumi berada pada lahan perorangan. Untuk itu, kami mengalami kendala dalam pengembangannya," ucapnya pada Tribunjogja.com, Kamis (28/3/2019).
Karena ada beberapa geosite yang kepemilikannya dimiliki personal maka pemerintah kabupaten tidak bisa melarang masyarakat yang menjual atau mendirikan bangunan pada area tersebut.
"Tetapi memang ada peraturann yang harus dipatuhi dan diperhatikan seperti tidak diperbolehkan untuk merusak kawasan geosite dan juga tidak diperbolehkan dijadikan sebagai kawasan tambang karena dari sisi tata ruang tidak sesuai," paparnya.
Menurutnya, geopark tidak anti investasi, asalkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sampai saat ini belum ditemukan kegiatan yang menyimpang oleh masyarakat berkaitan dengan menjaga kawasan geopark.
"Sepanjang itu digunakan untuk kegiatan konservasi dan wisata itu diperbolehkan, dengan dijaganya geopark dapat mewariskan taman bumi bagi anak cucu kita kelak," imbuhnya.
Pihaknya mengingatkan bahwa di Gunungkidul memiliki 13 geosite dan beberapa situs geologi.
Sedangkan untuk situs geologi di Gunungkidul berada di Kali Ngalang, Kecamatan Gedangsari tepatnya di bawah jembatan.
"Ada fosil biota laut purba seluas 3000 meter, tahun ini kami mengusulkan untuk pengadaan tanah sebagai pendukung laboratorium alam. Sedangkan untuk revalidasi dari Unesco dilakukan pada bulan Juni-Juli mendatang," katanya.
Harry menuturkan saat ini pihaknya sedang melakukan persiapan untuk revalidasi dari Unesco.
Persiapan tersebut menggandeng Professor Emiritus Dato Ibrahim Komono sebagai pembimbing mengenai geopark.
"Kami berharap status Gunungsewu sebagai Global Geopark dapat dipertahankan dan dengan demikian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menggeliatnya sektor pariwisata," katanya.
Terpisah, Bupati Gunungkidul, Badingah menuturkan geopark Gunungsewu memiliki konsep melestarikan bumi yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat, dalam pencapaian tersebut tentu saja tidak bisa diraih jika semua elemen masyarakat tidak terlibat.
"Tiga tujuan penting yang ingin dicapai adalah konservasi, pendidikan, serta tumbuhnya ekonomi lokal. Dan diperlukan keterlibatan semua elemen masyarakat tidak bisa hanya pemerintah sendiri yang jalan," tutupnya.(*)