Memperkenalkan Kabupaten Nagekeo Secara Nasional Melalui Festival Literasi
Saat Festival Literasi Nagekeo akan diisi literasi tenun, literasi wisata hingga literasi kuliner
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Baru berusia 12 tahun, Kabupaten Nagekeo siap menggelar Festival Literasi bulan Agustus 2019 mendatang.
Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do mengatakan, Kabupaten Nagekeo tidak ingin ketinggalan dalam berpartisipasi menebarkan virus literasi.
Apalagi di era digital seperti sekarang, dimana kemampuan literasi mutlak diperlukan agar tidak ditinggal zaman.
”Perpustakaan sebagai penyangga peradaban melalui literasi. Mengajak kita terutama masyarakat Nagekeo untuk mempercepat generasi muda menghadapi tantangan di era digital,” ucap Bupati Nagekeo saat soft launching Fetsival Literasi di Gedung Perpusnas di Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (11/4/2019).
Saar soft lounching diisi juga penyerahan penghargaan kepada Julie Sutrisno Laiskodat sebagai tokoh Pelopor Literasi Tenun Ikat Nagekeo NTT oleh Bupati Nagekeo.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG 33 Kota Hari Ini Jumat (12/4): Hujan Lokal di Serang, Bengkulu, & Surabaya
Saat Festival Literasi Nagekeo, Agustus nanti, Johanes mengatakan akan ada literasi tenun, literasi wisata, hingga literasi kuliner.
Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpustakaan Nasional, Ofy Sofiana, mengatakan bangsa Indonesia menjadi besar seperti saat ini karena keinginan masyarakatnya yang kuat untuk belajar.
“Festival Literasi Nagekeo 2019 merupakan kerjasama antara Kabupaten Nagekeo dengan Perpustakaan Nasional, sehingga kami berharap dengan diadakannya acara ini dapat menjadi langkah awal dalam memperkenalkan Kabupaten Nagekeo secara nasional,” ujar Ofy Sofiana.
Tenun NTT
Tentang tenun NTT, Julie Laiskodat yang menjabat sebagai Ketua Dekranasda menambahkan, motif tenun menggambarkan berbagai kekayaan di NTT dari mulai air terjun, pegunungan, dan kekayaan wisata alam.
Ibu penenun di desa masing-masing kabupaten kota di NTT begitu giat menenun namun suami mereka 85 persennya adalah petani.
Julie mengakui kendala yang sering dihadapi yakni masyarakat di sana tak punya modal seperti benang dan alat-alat.
"Padahal motif kain tenun di Nagekeo memiliki kekayaan dan ciri khas yang paling kaya," katanya.