Sinergitas Pesantren dan Kewirausahaan Jadi Penting untuk Membangun Ekonomi kata Soetrisno B
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah merupakan pilar penting dalam membangun negeri karena kedua Ormas ini sangat berkomitmen menjaga stabilitas
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, PROBOLINGGO - Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah merupakan pilar penting dalam membangun negeri karena kedua Ormas ini sangat berkomitmen menjaga stabilitas negara dan berperan dalam pembangunan.
Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional, Soetrisno Bachir mengakui, NU dengan kekuatan pesantrennya, perannya dalam bidang ekonomi harus diperkuat.
Pesantren harus banyak menghasilkan wirausahawan baru yang berperan signifikan dalam menciptakan lapangan kerja.
“Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkualitas semakin menguat. Juga menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas sehingga mampu meningkatkan daya saing industri,” ungkap Soetrisno Bachir saat menjadi pembicara dalam "Dialog Ekonomi Umat, Penguatan Peranan Pesantren Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0" di Ponpes Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo, Jawa Timur.
Dikatakan Soetrisno, dalam menyongsong revolusi industri 4.0, menyiapkan sumber daya manusia generasi muda yang mumpuni adalah keharusan. Pesantren, misalnya, tak lagi sekadar tempat menimba ilmu pendidikan, namun perlu didorong menjadi lembaga yang memberdayakan ekonomi umat.
Oleh karena itu, kata Soetrisno, sinergitas pesantren dengan kewirausahaan menjadi penting untuk membangun ekonomi umat. Di samping tempat memperdalam ilmu agama, pesantren bagaimana pun juga bisa memberdayakan masyarakat menghadapi industri 4.0.
"Komite Ekonomi dan Industri Nasional, pemerintah dan pesantren bisa bersinergi menyiapkan generasi muda termasuk santri untuk bersaing dalam revolusi industri 4.0," ungkap Soetrisno.
Pasca-Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, Soetrisno berharap, semua pilar harus bersatu padu membangun negeri. Saatnya semua elemen bangsa melanjutkan kerja-kerja pembangunan mewujudkan Indonesia yang maju.
"Saya bersyukur kita bisa melaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 secara damai. Soal perbedaan pandangan tentang hasil Pemilu 2019, saya meminta semua pihak mengikuti prosedur yang sesuai dengan mekanisme konstitusional,” tutur Soetrisno.
Sementara itu, pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, KH. Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH., MM mengatakan, pihaknya telah bersiap menyongsong revolusi industri 4.0. Di samping para santri, kyai-kyai yang tergabung dengan NU tetap mengikuti perkembangan atau kemajuan teknologi informasi untuk dimanfaatkan demi kemaslahatan umat.
“Soal revolusi industri 4.0 telah dibahas pada pertemuan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar NU pada akhir Februari hingga Maret lalu,” kata Kyai Mohammad Hasan.