Cerita Korban Selamat Tragedi Kebakaran Pabrik Korek Api yang Tewaskan 30 Orang: Kawanku Semua Habis
Inilah cerita para korban selamat dari tragedi kebakaran pabrik korek api di Binjai, Sumatera Utara yang menewaskan 30 orang.
Editor: Sri Juliati
Inilah cerita para korban selamat dari tragedi kebakaran pabrik korek api di Binjai, Sumatera Utara yang menewaskan 30 orang.
TRIBUNNEWS.COM - Warga di Jalan T Amir Hamzah, Sambirejo, Kota Binjai, Sumatera Utara, mendadak heboh, pasalnya sebuah pabrik mancis terbakar, Jumat (21/6/2019) siang.
Empat perempuan korban selamat dalam tragedi kebakaran pabrik korek api mengalami trauma.
Keempatnya bernama Pipit (29), Ayu Anita Sari (29), Ariyani (30), dan Nurasiyah (24).
Diwawancarai Tribun Medan, mereka tak kuasa menahan isak tangis.
Pada saat bersamaan, petugas Satreskrim Polres Binjai sedang membujuk mereka untuk dimintai keterangan di Mapolres.
Pipit menceritakan kebakaran terjadi saat jam makan siang.
Ia mengungkapkan puluhan orang yang terpanggang bukan hanya pekerja, melainkan anak-anak.
"Jam istirahat anaknya, kan, datang," ucap Pipit singkat.
Pipit tak bisa menjelaskan rinci kejadian kebakaran ini.
"Aduh, blank ini aku, Bang," sambungnya.
Video kesaksian Pipit:
Pipit selamat karena keluar untuk makan siang
Pipit mengungkapkan, mereka selamat karena sedang keluar pabrik untuk makan siang.
Tak lama kejadian, suara ledakan terdengar dari arah pabrik mancis.
Api langsung berkobar hebat dan membumbung tinggi di atas atap pabrik.
"Kawanku, kawanku, semua habis. Mana semua kawanku itu di dalam. Semua kawanku habis," katanya dengan derai air mata yang tak kuasa dibendungnya.
"Aku pikir tiga kawan ini, yang tiga ini masih di dalam, semua habis kawanku. Cuma berempat kami yang selamat."
"Tadi keluar dari pintu belakang, kami mau makan siang," katanya perempuan yang telah bekerja selama delapan tahun di pabrik mancis ini.
Katanya, dalam kejadian ini juga termasuk terenggutnya nyawa anak kecil, disebut-sebut empat anak kecil yang biasa dibawa orangtuanya bekerja.
Ada sekitar 30 orang meninggal dunia terpanggang di dalam ruangan karena terkunci.
Pekerja yang selamat lainnya, Nuraisyah hanya meraung-raung terus berderai tangis air mata.
Dia terus bersandar di dinding. Pihak keluarganya mengatakan Nueasiyah alami trauma atas kejadian ini.
Teranyar, Kasubdit Bencana BPBD Langkat, Sugiono mengatakan ada 30 orang meninggal.
Mereka adalah 26 orang dewasa dan empat orang anak kecil.
Informasi satu mantan pekerja pabrik yang memminta identitas tidak dipublikasikan, mereka selalu dikunci oleh pemilik pabrik atau mandor ketika merakit mancis.
Alasan dikhawatirkan terjadi pencurian.
Beberapa warga sekitar juga mengungkapkan, keberadaan pabrik mancis ini bisa dibilang atau diduga ilegal, karena beroperasi tanpa izin.
Tak sembarang orang bisa keluar dan masuk ke dalam pabrik yang beroperasi di gedung yang merupakan bangunan rumah permanen.
Berulangkali mobil ambulans bolak-balik mengangkut jenazah para korban.
Selain itu, para keluarga korban berdatangan untuk mengetahui apakah di antara para korban yang bekerja di dalam industri rumah tangga produksi mancis bisa selamat.
Namun apa daya, keluarga histeris saat mengetahui kerabat mereka turut dalam korban tewas pabrik meledak.
Berdasarkan penuturan saksi mata bernama Ani, ada pekerja yang selamat dari kejadian nahas tersebut saat keluar jam makan siang.
Ani mengatakan, suara ledakan terdengar seperti ban pecah di awali dari belakang rumah permanen yang dijadikan tempat merakit mancis.
Berdasarkan Informasi dihimpun Tribun-Medan.com dari lokasi kebakaran, puluhan jenazah menumpuk di dalam sati ruangan pabrik mancis.
Ada jenazah laki-laki dan wanita tertumpuk di sudut sisi ruangan.
Selain itu, ada beberapa jenazah yang ditemukan di ruangan seperti kamar-kamar lainnya, ruang utama gedung pabrik.
(Tribun Medan/Dedy Kurniawan)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Keluarga Histeris Tahu Kerabatnya Tewas, Pekerja Selamat Menangis: Semua Kawanku Habis dan Kesaksian Korban Selamat, Ceritakan Ada Anak-anak yang Ikut Terpanggang di Pabrik Mancis