Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Badai Terjang Delapan Daerah, Satu Orang Tewas dan Belasan Bangunan Rusak

Adapun daerah yang diterjang badai meliputi Kota Banda Aceh, Pidie, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Kota Langsa, Bireuen, Aceh Jaya, dan Aceh Selatan

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Badai Terjang Delapan Daerah,  Satu Orang Tewas dan Belasan Bangunan Rusak
Tribun Padang
Ilustrasi rumah roboh akibat angin kencang 

Ekses lain, sebatang pohon kelapa di Meunasah Raya, Gampong Raya Paya, Kecamatan Simpang Tiga. Pohon kelapa setinggi 30 meter nyaris menimpa rumah H M Amin (69), warga setempat.

Langsa
Sedangkan di Langsa, sebatang pohon akasia berukuran besar yang diperkirakan berusia puluhan tahun di Jalan Ahmad Yani, depan Taman Bambu Runcing, Minggu (23/6) sore, tumbang. Amatan Serambi, pohon itu tumbang tiba-tiba sekitar pukul 17.00 WIB saat kawasan itu diguyur hujan deras. Warga sekitar terkejut mendengar bunyi suara gemuruh yang cukup kuat saat pohon itu tumbang.

Beruntung, tak ada korban jiwa. Padahal, saat itu sejumlah mobil dan sepeda motor sedang melintasi kawasan itu. Namun, mereka lolos dari hantaman pohon tumbang tersebut. Hanya saja, setelah kejadian itu jalan dua jalur dari arah timur ke barat tidak bisa dilalui kendaraan. Hanya jalur dari barat ke timur yang bisa dilalui, itu pun oleh sepeda motor saja. Pengguna jalan akhirnya harus memutar dari arah belakang Taman Bambu Runcing dan pusat kuliner bekas Stasiun Kereta Api sampai pohon tumbang ini berhasil dibersihkan petugas BPBD Langsa.

Beberapa saat kemudian atau saat hujan reda, petugas TRC Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat turun ke lokasi untuk memindahkan dahan pohon besar yang membentangi (menutup) badan jalan di kawasan padat kendaraan itu. Petugas harus memotong cabang dan dahan pohon akasia besar itu dengan chainsaw dan kemudian baru bisa diangkat ke dalam mobil untuk dipindahkan ke tempat lain.

Bahkan, Wali Kota Langsa, Tgk Usman Abdullah SE atau yang akrab disapa Toke Seuem, turun langsung membersihkan dahan pohon tersebut. Dengan memakai baju warna hitam dan basah terkena air hujan, Toke Seuem terlihat memegang chainsaw memotong cabang dan dahan pohon akasia besar tersebut. Sedangkan sejumlah petugas BPBD lainnya terlihat sibuk mengangkat kayu-kayu yang sudah dipotong untuk dipindahkan dari badan jalan.

Warga di sekitar lokasi pohon tumbang terheran-heran dan takjub saat melihat orang nomor satu di Langsa ini berbasah-basah untuk membersihkan batang kayu besar tumbang ke badan jalan tersebut.

Aceh Selatan
Badai juga melanda kawasan Aceh Selatan tadi malam. Sejumlah kecamatan, seperti Meukek, Labuhanhaji, Samadua, dan Tapaktuan diterpa angin kencang disertai hujan deras. Persis pukul 22.00 WIB desa-desa di Kecamatan Meukek gelap total karena listrik padam begitu angin kencang bertiup.

Berita Rekomendasi

Hingga pukul 23.00 WIB tadi malam kecamatan itu masih gelap gulita karena listrik padam dan hujan belum reda. “Karena suasana gelap dan angin kencang masih bertiup, sehingga belum diperoleh laporan tentang apakah ada pohon yang tumbang atau bangunan yang rusak,” lapor Yuyun Nalisma, warga Labuhan Tarok, Meukek.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh memperkirakan angin kencang akan terus melanda hampir seluruh wilayah Aceh hingga beberapa hari ke depan. Meskipun secara rata-rata angin di Aceh saat ini antara 20-50 km/jam, namun kecepatannya bisa meningkat hingga dua kali lipat bahkan lebih akibat cuaca buruk yang ditimbulkan oleh awan Cumulonimbus (Cb). Angin itu dipastikan memiliki daya rusak yang cukup tinggi. Demikian, antara lain, disampaikan Kasi Data dan Informasi BMKG Aceh, Zakaria Ahmad SE yang dihubungi Serambi tadi malam.

Menurutnya, angin yang rerata berdurasi 10-20 menit itu mampu mengguncang-guncang apa yang dilaluinya sehingga bisa berakibat fatal. “Saat terjadi cuaca buruk, masyarakat diminta waspada karena berpotensi terjadi angin kencang dengan daya rusak tinggi,” ujarnya.

Zakaria menjelaskan, angin kencang yang terjadi saat ini berawal dari munculnya pusaran angin tertutup atau ‘Eddy’ yang membuat terjadinya belokan angin dan konvergensi (memusat) di atmosfer. “Kondisi ini menyebabkan terjadinya perlambatan gerakan massa udara di atmosfer Provinsi Aceh,” katanya.

Dengan terjadinya perlambatan massa udara tersebut, lanjut Zakaria, maka uap air yang terbawa oleh angin terkumpul di atas atmosfer Aceh dan kemudian akan tumbuh menjadi awan-awan hujan (konvektif/Cb). “Tumbuhnya awan-awan hujan di atmosfer memicu terjadinya angin kencang, yang biasanya bersifat sesaat tapi kecepatannya bisa mencapai 80 km/jam bahkan lebih,” ucap Zakaria seraya menyatakan kejadian itu lebih berpotensi terjadi di wilayah Aceh Timur, Tamiang, Lhokseumawe, Pidie Jaya, dan Aceh Tenggara.

Selain angin yang ditimbulkan oleh awan konvektif itu, tambah Zakaria, Aceh saat ini masih dalam musim angin baratan. Akumulasi inilah yang akan membuat angin kencang di Aceh lebih awet atau bertahan lama. “Hal ini sangat membahayakan nelayan dan jasa penyeberangan, menyebabkan pohon tumbang, bahkan baliho dan atap rumah bisa diterbangkan angin,” timpalnya.

Untuk itu, sambung Zakaria, BMKG Aceh mengimbau kepada nelayan agar tidak melaut terlalu jauh ke tengah. Hal itu dimaksudkan agar jika terlihat cuaca mulai memburuk (mendung), mereka bisa lebih cepat kembali ke darat. Di samping itu, masyarakat di darat juga diminta untuk tidak melakukan kegiatan di luar bila terjadi badai petir serta tidak berlindung di bawah pohon dan baliho atau benda sejenisnya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas