Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Diberi 'Sangu' Rp 5,5 Juta, Para PSK Ancam Mangkal di Jalanan Jika Lokalisasi Sunan Kuning Ditutup

Sejumlah Pekerja Seks Komersial (WPS) akan menjajakan diri di jalanan jika Resosialisasi Argorejo atau Lokalisasi Sunan Kuning (SK) ditutup.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Diberi 'Sangu' Rp 5,5 Juta, Para PSK Ancam Mangkal di Jalanan Jika Lokalisasi Sunan Kuning Ditutup
Tribun Jateng/Eka Yulianti Fajlin
Pemkot Semarang sosialisasi kepada para wanita pekerja seks (WPS) Sunan Kuning, Selasa (18/6/2019). TRIBUN JATENG/EKA YULIANTI FAJLIN 

Ayu mengaku uang tersebut ia gunakan untuk kebutuhan hidup dirinya dan anak-anaknya. Bagaimanapun lokalisasi merupakan pasar bertemunya penyedia dan pencari layanan seksual.

Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto saat melakukan sosialisasi rencana penutupan Resos Argorejo Kawasan Sunan Kuning di Balai RW 04 Kelurahan Kalibanteng Kulon Kota Semarang bersama sejumlah PSK dan penghuni Sunan Kuning, Selasa (18/6). (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)
Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto saat melakukan sosialisasi rencana penutupan Resos Argorejo Kawasan Sunan Kuning di Balai RW 04 Kelurahan Kalibanteng Kulon Kota Semarang bersama sejumlah PSK dan penghuni Sunan Kuning, Selasa (18/6). (Tribun Jateng/Hermawan Handaka) (Tribun Jateng /Hermawan Handaka)

Lokalisasi menjadi lahan untuk orang yang mencari 'lapangan kerja' karena mencari pekerjaan selain itu dirasa sulit.

"Saya cuma bisa begini. Jadi pembantu rumah tangga pun gaji tidak seberapa. Punya anak empat, yang satu sudah bekerja. Tapi saya tidak mau menggantungkan hidup dari kerja anak," imbuhnya.

Perempuan single parent itu menuturkan terpaksa menjual tubuhnya hanya untuk membiayai keperluan anak-anaknya.

Oleh karena itu, ia menegaskan belum mampu melepaskan pekerjaannya menjadi pekerja seks. Dia juga berharap pemerintah memiliki kebijakan untuk tidak menutup SK.

"Kami seperti ini hanya untuk keluarga. Lihat yang di jalan-jalan, anak-anak sekolah dibawa sama om-om. Kalau seperti itu, siapa yang bertanggung jawab? Ditutup, selamat datang pelacuran liar," ujarnya.

Tampaknya, wacana penutupan lokalisasi tidak menyurutkan para tamu untuk datang.

Berita Rekomendasi

Berdasarkan pantauan, tempat parkir dan jalanan depan wisma-wisma dan tempat karaoke di SK pun banyak mobil parkir berjejer.

Sekitar pukul 18.30 WIB kelap-kelip lampu tempat karaoke sudah gemerlap.

Di sejumlah sudut, para WPS dan wanita pemandu lagu atau ladies companion (LC) sudah berjejer di pinggir jalan, tidak bisa dibedakan lagi.

Beberapa tempat karaoke sudah tidak menerima tamu lagi hingga sekitar pukul 23.00 WIB lantaran sudah dipesan (booked).

Seorang wanita pemandu lagu, Dewi (33) menuturkan tidak ada pengaruh kunjungan sejak adanya informasi penutupan SK. Hal itu, kata dia, sejumlah tempat karaoke sudah memiliki pelanggan.

"Tidak ada sih. Sama saja. Masih banyak yang datang," tutur wanita berambut lurus panjang itu.
Setiap harinya ia biasa mendampingi beberapa tamu. Pe rmalamnya, dia bisa mendapatkan upah bersih sebesar Rp 500 ribu.

Ketika ditanya penutupan, dia berharap penutupan hanya diberlakukan untuk wisma atau tempat lokalisasi, tidak untuk tempat karaoke.

"Semoga sih tempat karaokenya tidak (ditutup). Jadi kalau nanti dijadikan pusat kuliner, tetap ada tempat karaokenya," imbuhnya.

Meskipun demikian, ada bidang usaha lain yang merasa dirugikan dengan adanya wacana penutupan lokalisasi.

Seperti diketahui, tidak hanya usaha karaoke dan penginapan yang mencari uang di lokalisasi di Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang itu.

Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto saat melakukan sosialisasi rencana penutupan Resos Argorejo Kawasan Sunan Kuning di Balai RW 04 Kelurahan Kalibanteng Kulon Kota Semarang bersama sejumlah PSK dan penghuni Sunan Kuning, Selasa (18/6). (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)
Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto saat melakukan sosialisasi rencana penutupan Resos Argorejo Kawasan Sunan Kuning di Balai RW 04 Kelurahan Kalibanteng Kulon Kota Semarang bersama sejumlah PSK dan penghuni Sunan Kuning, Selasa (18/6). (Tribun Jateng/Hermawan Handaka) (Tribun Jateng /Hermawan Handaka)

Ada bidang usaha lain, semisal jasa cuci pakaian (laundry), warung kelontong, rumah makan, toko baju, salon, dan sebagainya.

Seorang pemilik toko baju kompleks SK, Welly (38) menuturkan kehilangan separuh pelanggannya sejak didengungkan penutupan lokalisasi.

Kebanyakan pelanggannya merupakan 'mba-mba' penghuni lokalisasi yang sudah berdiri sejak 1966 tersebut.

"50 persen pendapatan saya berkurang," ungkapnya.

Sebelumnya, ia bisa mendapatkan penghasilan Rp 1 juta per hari dengan menjual pakaian yang rata-rata seharga Rp 100-130 ribu.

"Dengar akan ditutup, sepertinya beberapa penghuni pindah ke tempat lain. Nggak tahu ke mana," terangnya.

Agar usahanya tetap jalan, ia berharap tidak ada penutupan lokalisasi. Hanya saja sistem dan kontrolnya yang dijalankan lebih ketat.

"Kontrol lebih ketat itu misalnya identitas penghuni terdata dengan jelas, sehingga wanita di bawah umur tidak bisa bekerja. Kemudian regulasi-regulasi demi kepentingan bersama harus dijalankan," ujarnya. (tim)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Lokalisasi Sunan Kuning Ditutup, PSK Ancam Mangkal di Jalanan, Ini Tanggapan Pemkot Semarang

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas