Bahagianya Sahyun Sang Penjual Rujak Bisa Berangkat Haji Bersama Istri, Tiap Hari Nabung Rp 5.000
Sahyun (75) dan Kaidah (71) sedikit pun tak pernah menduga namanya dipanggil bersama istri untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK TIMUR - Sahyun (75) dan Kaidah (71), asal Kelurahan Selong, RT 013, Kecamatan Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat sedikit pun tak pernah menduga namanya dipanggil bersama istri untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.
Pasangan suami istri lansia ini merasa bersyukur dan berbahagia karena tahun ini mereka akan berangkat menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah dari hasil berjualan rujak.
"Saya tak menyangka kalau saya akan dipanggil namanya untuk pergi haji. Ini seperti mimpi, mungkin karena memang sudah takdir saya juga," ungkap Sahyun saat ditemui Kompas.com, Kamis (4/7/2019)
di rumahnya yang sederhana di Kota Selong.
Selama 7 tahun sudah Sahyun berjualan rujak buah. Dia selalu berusaha untuk menabung walau jumlahnya kecil, hanya Rp 5.000 per hari.
Dengan tabungan itu dia berharap suatu saat nanti, tabungan itu bisa untuk menunaikan ibadah haji.
"Dari hasil jualan itu, saya selalu meniatkan untuk menabung sebagai biaya untuk naik haji walau sedikit per hari saya tabung 5 ribu rupiah," tutur Sahyun sambil mengusap air mata bahagia.
Perjalanan sebagai penjual rujak memang tidak selalu mulus dialami oleh Sahyun.
Suatu ketika, rujak Sahyun pernah difitnah mempunyai jampi-jampi pelaris. Karena saking larisnya, anak-anak menangis minta untuk dibelikan rujak Pak Sahyun.
Baca: Dua Pelaku Pembunuhan Karyawati PTPN IV Ternyata Masih Pelajar, Akui Sempat Setubuhi Korban
"Duka yang saya paling ingat itu, pernah dibilang saya pakai jampi-jampi karena laris. Anak-anak kalau melihat rombong rujak saya menangis minta untuk dibelikan," tutur Sahyun sambil minum kopi di rumahnya.
Sementara itu, Kaidah, istrinya yang setia menemani hidup Sahyun selama ini, setiap hari bertugas membuat bumbu rujak dan pergi ke pasar membeli buah.
"Kalau saya tugasnya membuat bumbu rujak, ngulek-ngulek sambal, dan pergi ke pasar membeli buah, seperti jambu, bengkoang, mangga, pepaya, dan buah yang lain," kata Kaidah yang berada di samping suaminya.
Sebelum berjualan rujak, bapak empat anak ini pernah menggeluti bermacam-macam pekerjaan, dari buruh, berjualan es, berjualan bakso.
Tetapi hal itu dirasanya bukan jalan terbaik untuk mengais rezeki. Hingga 2012, ia beralih menjadi tukang rujak sampai saat ini.
"Sebelum berdagang rujak, pekerjaan saya serabutan, dari tukang gergaji kayu, nyangkul di sawah orang, berjualan bakso sampai es, udah saya kerjakan. Tapi itu tidak lancar sehingga saya merasa nyaman berjualan rujak sampai sekarang," tutur Sahyun.