Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Guru Honorer di Pedalaman Flores, Gaji 85.000, Jalan Kaki 6 Km, Tanpa Listrik dan Telepon

para guru honorer di pedalaman Flores ini mengabdi dengan upah kecil hanya Rp 85.000 per bulan.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kisah Guru Honorer di Pedalaman Flores, Gaji 85.000, Jalan Kaki 6 Km, Tanpa Listrik dan Telepon
(kompas.com/Nansianus Taris)
Foto : Ibu Maria Beta Nona Vin, salah seorang guru honor di SMPN 3 Waigete, saat diwawancara di gubuknya, tepat di Desa Watu Diran, Kabupaten Sikka, Flores NTT, Senin (8/7/2019). 

Warga di sekitar tempat yang ia tinggal memang masih mengandalkan lampu pelita untuk penerangan di malam hari.

Sebagian lainnya menggunakan lampu tenaga surya dan generator. 

"Di rumah kami pakai lampu pelita. Kalau malam kerja perangkat pembelajaran, kami andalkan lampu pelita saja."

"Susah sekali sebenarnya, tetapi karena sudah terbiasa, jadinya nyaman juga. Untuk yang punya hanphone itu harus pergi cas di orang yang ada mesin generator," tutur Beti.

Kesulitan lain yang dirasakan yakni hidup tanpa akses jaringan telepon.

"Paling sedih ini, kami di sini sudah bertahun-tahun tidak pernah masuk jaringan telepon. Kami sangat terisolasi."

"Untuk tanya kabar keluarga susah sekali. Kami juga sulit sekali mendapatkan segala informasi dari dinas. Kadang ada informasi dari dinas, kami harus ke kota kecamatan atau kabupaten," sebut Beti.

BERITA TERKAIT

"Di sekitar sini, ada tempat sinyal, hanya orang harus jalan kaki sejauh 3 kilometer lagi," sambung dia.

Ia berharap, ke depan pemerintah bisa menyambung jaringan listrik dan telepon ke Desa Watu Diran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, alamat SMPN 3 Waigete.

Pantauan Kompas.com, Beti tinggal di rumah yang sangat sederhana, beratapkan alang-alang, dinding belahan bambu, dan lantai tanah.

Kamar istirahatnya juga sangat sederhana. Hanya beralaskan tikar di atas belahan bambu. Pakaiyan digantung tanpa lemari. Begitu pula dengan buku-buku.

Alat masak ibu Beti juga masih menggunakan tungku tradisonal dari batu. Untuk memasak, ia menggunakan kayu api yang didapatkan dari kebun.

Ibu Beti juga terkadang menumbuk padi untuk menjadi beras. Di tempat itu memang tidak ada penggiling padi.

Di tengah keterbatasan uang dan fasilitas, serta tidak adanya saluran informasi, Beti tetap bertahan untuk mengabdi di SMPN 3 Waigete, Desa Watu Diran, Kecamatan Waigete, Kabupaten, Sikka, Flores.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Guru Honorer di Pedalaman Flores, Gaji 85.000, Hidup Tanpa Listrik dan Jaringan Telepon", https://regional.kompas.com/read/2019/07/09/14501891/cerita-guru-honorer-di-pedalaman-flores-gaji-85000-hidup-tanpa-listrik-dan?page=all.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas