Kesaksian Pengelola Penginapan Soal Gergaji untuk Memutilasi Vera Berbeda dengan Keterangan Prada DP
Nurdin (30), pengelola penginapan Sahabat Mulia yang menjadi lokasi pembunuhan Vera Oktaria memberi keterangan berbeda dengan Prada DP soal gergaji
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Nurdin (30), pengelola sekaligus anak kandung pemilik penginapan Sahabat Mulia yang menjadi lokasi pembunuhan Vera Oktaria dihadirkan dalam sidang di pengadilan militer I-04 Jakabaring Palembang, Kamis (8/8/2019).
Dalam kesaksiannya, keterangan Nurdin memiliki beberapa perbedaan dengan keterangan Prada DP yang tertulis di dakwaan.
Termasuk soal gudang di penginapan.
Prada DP mengaku menemukan gergaji di gudang yang kemudian digunakannya untuk memutilasi Vera Oktaria.
Baca: Ucapan Imam Ketika Prada DP Urungkan Niat Bakar Mayat Vera Oktaria: Masa Sudah Diajari Nggak Bisa
Baca: Dodi Karnadi Pria yang Mendengar Pengakuan Prada DP Telah Membunuh Vera Oktaria Menghilang
Baca: Ditangkap KPK, I Nyoman Dhamantra Mengaku Mertuanya Sakit Saat Pamit dari Arena Kongres PDIP
"Berdasarkan keterangan terdakwa, dia menemukan gergaji di gudang. Bagaimana itu menurut anda," ujar ketua majelis hakim Letkol Chk Khazim SH bertanya kepada Nurdin selaku saksi kesebelas dalam sidang tersebut.
Nurdin menegaskan, sama sekali tidak terdapat gergaji yang termasuk dalam kategori benda tajam di gudang penginapan.
Sebab gudang dengan ukuran 120 x 150 meter tersebut hanya tersimpan alat-alat kebersihan seperti pel, sapu, ember, sabun, dan sikat.
"Sama sekali tidak ada gergaji di gudang. Soalnya saya yang sering keluar masuk tempat itu," ujarnya.
Bahkan Nurdin juga meyakini bahwa gergaji tersebut bukan milik pengelola penginapan.
"Tapi saya yakin itu bukan barang saya. Itu barangnya saja baru, mengkilap seperti baru dari toko. Saya hanya lihat satu gergaji waktu ditunjukkan petugas. Selebihnya saya tidak tahu," kata dia.
Baca: Pelaku Penculikan dan Pemerkosaan Terhadap Gadis di Garut Ditangkap Setelah Dijebak Keluarga Korban
Baca: Agus Rahardjo Berharap Laode dan Alexander Kembali Jadi Komisioner KPK: Agar Ada Kesinambungan
Baca: Asean Lakukan Pertemuan Lintas Sektoral untuk Bahas Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan
Selanjutnya, Nurdin menceritakan kronologi pertama kali dia bertemu dengan Prada DP yakni pada (8/5/2019) pagi.
Saat itu Nurdin sedang berada di dekat meja resepsionis sambil nonton televisi dan mengawasi anak-anaknya yang sedang asik bermain.
"Saya lihat dia turun dari tangga sambil sibuk nelpon. Setelah itu kami sempat juga ngobrol sebentar," ujarnya.
Nurdin mengatakan, Prada DP bertanya pada dirinya mengenai harga menyewa speed boat.
"Dia nanya, kak kalau pesan speed Rp 1,5 juta kemahalan tidak kalau dari sungai lilin ke karang agung. Saya jawab tidak," ujarnya.
Mendengar jawaban itu, reaksi Prada DP hanya diam.
Kemudian Nurdin kembali melanjutkan percakapan dengan bertanya mengenai pekerjaan Prada DP yang saat check-in di penginapan mengaku sebagai Doni.
"Dia hanya jawab koral, terus dia keluar. Saya stop nonton tv dan kejar dia."
"Saya tanya koral dimana karena cuma ingin tahu saja. Mungkin karena ada teman saya yang kerja di sana," cerita Nurdin.
Namun, Prada DP tidak menjawab pertanyaan itu.
Dia lebih memilih pergi dengan menggunakan sepeda motor Honda beat warna pink yang dibawanya bersama Vera Oktaria saat ke penginapan.
"Waktu dengar pertanyaan saya, dia naik motor, ngegas dan langsung pergi. Plat motornya tidak ada, kondisi motor juga masih terlihat baru. Setelah ditinggal, ya saya lanjut nonton tv lagi," ungkapnya.
Masih dihari yang sama, sore harinya Nurdin kembali melihat Prada DP di penginapan.
Saat itu dia membawa sebuah koper besar.
Keterampilan Nurdin sama dengan keterangan saksi Wiwid Safitri (23) yang tak lain adalah istrinya sendiri pada kesaksian sebelumnya.
Baca: Dengan Harga Murah, Arsenal Resmi Beli David Luiz dari Chelsea
"Ya saya dengar ibu saya nanya berapa harga kopernya dan untuk apa koper sebesar itu. Dan dijawab sama dia. Tapi saat saya tidak mendekat,"ungkapnya.
Pada surat dakwaan yang disampaikan Oditur, disebut nama Imam yang menyuruh untuk membakar mayat Vera Octaria kasir minimarket.
"Itu kan dalam dakwaan Imam nyuruh terdakwa bakar mayat korban 'bakar bae ujinyo'," terang Mayor Chk Darwin Butar Butar SH sebagai Oditur, saat ditemui usai sidang.
Namun, Imam tak bisa hadir dipersidangan karena telah meninggal dunia.
"Tapi dia sudah meninggal, makanya dalam dakwaan itu dalam kurung meninggal dunia. Kalau masih hidup dia yang pertama kali kita hadirkan sebagai saksi utama," lanjutnya.
"Mungkin itu salah satu upaya terdakwa untuk menghilangkan jejak usai membunuh, karena jiwanya saat itu lagi kalut," tambahnya
Mengingat persidangan akan terus berjalan, tak banyak yang diceritakan Darwin.
"Meninggalnya Imam karena apa, saya tidak bisa memastikan, nanti kita dalami dipersidangan saja, selasa nanti," ujarnya.
Penulis: Shinta Dwi Anggraini
Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul Misteri Asal Gergaji Memutilasi Vera, Keterangan Prada DP dan Saksi Berbeda