Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jembatan Apung Inisiatif Seorang Warga di Demak Ini Tak Tersentuh Bantuan Pemerintah

warga Dukuh Babadan Desa Sumberejo Kecamatan Bonang Kabupaten Demak selalu melintas di jembatan apung yang menghubungkan batas kecamatan Demak

Editor: Sugiyarto
zoom-in Jembatan Apung Inisiatif Seorang Warga di Demak Ini Tak Tersentuh Bantuan Pemerintah
TRIBUN JATENG/MOCH SAIFUDIN
Pengendara melintas Jembatan Apung di Atas Sungai Tuntang yang menghubungkan Dukuh Babadan, Desa Sumberejo, Kecamatan Bonang dan Desa Rejosari, Kecamatan Karangtengah, Demak 

TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Ratusan warga Dukuh Babadan Desa Sumberejo Kecamatan Bonang Kabupaten Demak selalu melintas di jembatan apung yang menghubungkan batas kecamatan di Kabupaten Demak.

Jembatan apung tersebut menghubungkan Desa Sumberejo Kecamatan Bonang dan Desa Rejosari Kecamatan Karangtengah.

"Saya setiap hari lewat jembatan ini. Karena cepat, dan lancar. Kalau lewat jalan raya sekitar harus menempuh jarak 2,5 kilometer," jelas warga Sumberejo, Saidi, Senin (26/8/2019).

Saidi yang setiap harinya mencari rumput di Desa Rejosari Karangtengah tersebut, mengaku terbantu dengan adanya jembatan apung tersebut. 

Senada juga warga lain, Fitria, yang setiap harinya harus pulang-pergi Demak-Semarang.

Ia menjelaskan, dengan melewati jembatan apung tersebut, ia bisa menghemat waktu sekira 15 menit.

"Setiap hari saya lewat sini. Karena bisa menghemat waktu sekira 15 menit," jelas Fitri warga Sumberejo yang berprofesi bidan di Semarang tersebut.

Berita Rekomendasi

Ia menjelaskan, setiap hari melewati jembatan apung yang berjarak sekira 24 meter dan lebar 2,5 meter tersebut, dengan biaya Rp 2000 untuk ongkos pulang-pergi.

Sementara inisiator jembatan, Mashadi mengatakan, jembatan apung tersebut ia buat sekira Juli 2019 lalu, tanpa bantuan pemerintah.

Ia menjelaskan, sebelumnya ia mulai membantu menyeberangkan warga yang melintas di Sungai Tuntang menggunakan perahu tarik.

"Karena sudah menghabiskan perahu tiga, akhirnya saya berinisiatif membuat jembatan apung tersebut," jelasnya.

Ia menjelaskan, ratusan warga setiap harinya melintas di jembatan tersebut, seperti halnya pelajar, buruh pabrik, petani melon, dan lainnya.

Hadi menyebut, sebelum waktu subuh petani melon yang membawa sekira 30 kilogram untuk dijual ke pasar, selalu melintas di jembatan tersebut.

"Ada juga yang menggunakan sepeda dengan muatan rumput yang menggunung," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas