Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menelusuri Desa yang Diduga Lokasi KKN Desa Penari, Begini Suasananya hingga Klarifikasi Kepala Desa

Melansir sebuah unggahan di kanal YouTube Bajidot Vlog, empat orang Youtuber mendatangi mencoba menelusuri lokasi Rawa Bayu Banyuwangi

Penulis: Sinatrya Tyas Puspita
Editor: Sri Juliati
zoom-in Menelusuri Desa yang Diduga Lokasi KKN Desa Penari, Begini Suasananya hingga Klarifikasi Kepala Desa
Twitter/ @SimpleM81378523
KKN di Desa Penari 

"Kalau pelaksanaan KKN tahun 2009, berarti masih baru banget."

"Rawa Bayu sudah jadi tempat wisata, bahkan untuk masuk Rawa Bayu sudah dikenakan tarif Rp 10 ribu untuk dua orang, " ujar Riza saat dihubungi Tribunnews pada Selasa (3/9/2019).

Baca: Analisa Lokasi Cerita KKN di Desa Penari Mengarah ke Sebuah Desa di Bondowoso, Ini Penampakannya

Baca: Kisah Horor Viral KKN di Desa Penari Akan Diangkat Menjadi Novel, Terbit Akhir September 2019

Baca: Kurang Update Karena Belum Baca KKN Desa Penari? Jangan Khawatir, Mungkin IQ Anda Tinggi

5. Klarifikasi Kepala Desa Bayu

Kepala Desa Bayu, Sugito menjelaskan, tidak pernah ada mahasiswa KKN dari Surabaya ke desanya.

"Saya asli kelahiran sini, mulai tahun 2005 saya menjabat sebagai kepala dusun di desa in.

"Tahun 2010 jadi kepala desa sampai 2 periode belum pernah ada anak KKN dari Surabaya," cerita Sugito.

"Itu mungkin di wilayah lain atau cuman berita hoax,"celetuk Riza.

BERITA TERKAIT

Menurut Sugito, Telaga Rowo Bayu merupakan lokasi sakral masyarakat Banyuwangi saat zaman penjajahan.

Sugito yakin wilayah tersebut tidak pernah dijadikan tempat KKN  pada akhir 2009, yang kisah mistisnya tengah ramai diperbincangkan.

Sugito juga mengaku resah dengan adanya cerita horor tersebut.

Bahkan dirinya sempat berkeliling untuk memastikan, desanya bukanlah lokasi atau latar dari cerita KKN di Desa Penari yang viral media sosial itu.

Riza dan Pak Sugito
Riza dan Pak Sugito (YouTube BAJIDOT VLOG)

Di akhir videonya, Riza sempat menuliskan beberapa imbauan tentang adanya cerita KKN di Desa Penari.

"Karena cerita tersebut mencatut foto-foto yang mengarah ke situs di Rawa Bayu, sehingga menyebabkan banyak orang beranggapan Desa Penari adalah lokasi KKN Desa Penari

Hal ini dikarenakan Rawa Bayu memang banyak kecocokan isi cerita Desa Penari.

Akan tetapi penduduk setempat tidak membenarkan berita desa Penari.

Ada kemungkinan cerita itu cuma hoax atau sebenarnya desa lain yang mencatut foto-foto situs di rawa Bayu.

Diharapkan agar pengguna media sosial tidak membuat cerita atau berita yang mencatut foto orang atau tempat yang nantinya akan merugikan pihak lain," tulis Riza. 

Tonton video Riza Azizie disini 

Cerita Lengkap KKN di Desa Penari

Kisah horor yang dibagikan pengguna akun Twitter SimpleMan menjadi perbincangan publik.

Meski akun SimpleMan kerap menuliskan kisah horor yang dia miliki, tapi satu cerita horor kali ini menyeret perhatian khayalak publik lebih besar.

Kisah "KKN di Desa Penari" menarik perhatian publik setelah cerita tersebut berakhir kematian dua mahasiswa yang terlibat.

Baca: Populer Cerita Horor KKN di Desa Penari, Foto Bima yang Tewas hingga Reaksi Sang Penulis

Baca: Cerita Horor KKN di Desa Penari, Benarkah Ini Foto Bima yang Tewas? Sang Penulis Langsung Bereaksi

Baca: Viral Kisah KKN di Desa Penari Sempat Diragukan, Begini Tanggapan Penerbit Novel

Bukan hanya itu, cuitan yang ditulis selama 11 hari itu juga menunjukkan teka-teki daerah yang ada di Pulau Jawa.

Akun tersebut menjelaskan kejadian yang dituliskannya berdasarkan kisah nyata mahasiswa KKN di sebuah desa terpencil yang disebutnya Desa Penari.

Penulis menyebutkan meski berdasarkan kisah nyata, tapi ia tak mau menyebut lokasi dimana kejadian tersebut.

Begitu juga nama-nama mahasiswa KKN yang disamarkannya.

Diceritakan ada enam mahasiswa yang berasal dari sebuah perguruan tinggi di Kota S melakukan KKN di sebuah daerah terpencil yang berada di kawasan timur Provinsi Jawa Timur di akhir tahun 2009.

Dialog dalam cerita tersebut yakni Bahasa Jawa selain itu penulis juga menyertakan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.

Enam mahasiswa angkatan 2005/2006 tersebut yakni Widya, Nur, Ayu, Bima, Wahyu, dan Anton.

Kota S diyakini oleh netizen yakni adalah Surabaya.

Simpang siur akan informasi lokasi yang beredar di linimasa, akun SimpleMan kemudian memberikan konfirmasi terkait cerita KKN di Desa Penari pada 26 Agustus 2019 lalu.

Singkatnya, akun SimpleMan menjelaskan jika cerita tersebut adalah cerita dari teman ibunya.

Setelah dibahas, SimpleMan membungkus cerita tersebut menjadi narasi yang panjang dan nyaman untuk dibaca.

SimpleMan juga menegaskan jika dirinya merasa bersalah telah membahas atau membuat teka-teki lokasi Desa Penari tersebut.

Akun SimpleMan berharap jika rahasia dan teka-teki dalam cerita biarlah menjadi rahasia.

Bahkan foto yang sempat dia unggah bukan berarti foto lokasi sebenarnya.

Cerita KKN di Desa Penari dibagi menjadi dua cerita, versi Widya dan versi Nur.

Baca: Lokasi Cerita KKN di Desa Penari Berdasar Petunjuk SimpleMan, Mengarah ke Satu Desa di Bondowoso

Baca: KKN di Desa Penari, Pentingnya Menghormati Aturan Suatu Tempat

Konfirmasi Penulis

Berikut bunyi konfirmasi lengkap dari penulis kisah KKN di Desa Penari, SimpleMan:

Sepertinya. Akhir-akhir ini ada yg viral ya?

Ya sudahlah, sebenarnya saya tidak mau menulis ini, tapi sepertinya harus ya, biar apa yg sebelumnya saya bagi ini tidak disalahgunakan oleh orang tidak bertanggung jawab.

sekaligus unek-unek saya saja, selama mengamati apa yg viral itu, bila memang ada hubungannya dengan tulisan saya.

Sebelumnya saya meminta maaf pada semua yg membaca tulisan ini, bila mungkin ada yg tersinggung atau tidak suka, yg saya bicarakan adalah cerita KKN di desa penari, yg rupannya, banyak menarik perhatian banyak sekali orang.

Pertama,

saya menulis ini berdasarkan pengalaman orang, melabelinnya dengan tulisan “Kisah nyata” yg sekarang menjadi perdebadan banyak orang. Oke, saya jelaskan satu-satu ya.

cerita ini adalah cerita teman ibu saya, yg kebetulan saya curi dengar saat sdg bicara sama ibu, kemudian, saya tertarik dan lanjut ke obrolan, apakah beliau bersedia menceritakannya kepada saya, tanpa menjelaskan apa boleh cerita ini saya tulis terlebih dulu.

meski awalnya beliau keberatan, setelah saya bujuk akhirnya beliau mau.

setelah itu beliau mulai cerita.

lalu saya utarakan, apakah ini boleh atau tidak saya publikasikan dalam bentuk narasi cerita tanpa mengurangi pengalaman beliau, semacam menceritakan ulang semua kejadian.

syukurlah, beliau mau, jadi bila ada yg mengatakan ini fiktif atau fiksi, saya gak akan marah, karena dalam penceritaan ulang ini, saya merubah banyak elemen, seperti, dalam pelaksanaan KKN ini seharusnya ada 14 orang, dimana 6 diantaranya adalah perempuan dan sisanya adalah laki

lalu, prosedur pelaksanaan KKN, kenapa seakan kok ngaco, well, saya sempat mempertanyakan ini, jawaban beliau, simple, KKN ini adalah KKN profesi. sampai disini, saya tidak tanya-tanya lagi.

Kedua, saat cerita ini pertama kali saya posting, saya menulis banyak sekali informasi tempat pelaksanaan, meski hal itu sudah saya sensor sedemikian rupa dan tentu saja ada beberapa bagian yg sengaja saya buat salah, meskipun saya tahu, akan banyak sekali orang yg penasaran.

orang2 mulai menjadi detektif dadakan, oke, ini kesalahan saya yg mungkin sangat fatal, dimana saya salah menanggapi narasumber, bahwa kesemuanya bila perlu, disamarkan saja, atau tidak usah ditulis untuk menghindari hal-hal yg tidak diinginkan.

malah, awalnya narasumber berpesan, cerita ini tidak usah dipublikasikan saja, dan untuk pembelajaran pribadi, semacam pengingat bahwa dimanapun saya berada, tolong, junjung tinggi tata krama, tapi, saya ngeyel, saya berpikir, pesan beliau ini kenapa tidak disampaikan ke khalayak

karena toh ada pelajaran yg bisa diambil dari cerita ini. itu, yg membuat saya tetap nekat meminta ijin agar cerita ini tetap diterbitkan tanpa keinginan cerita ini akan menjadi viral. serius, saya gak mikir ini sebelumnya.

disini, saya banyak sekali membaca komentar yg merujuk pada lokasi, mohon maaf, saya sudah susah mencoba membuat semuanya samar, kemudian tetap saja dipublikasikan rujukan tempatnya, ya sudah, saya yg salah juga, saya lupa, bila semua sudah dilemparkan ke ranah publik-

maka sudah bukan menjadi hak milik saya lagi, sudah banyak ratusan atau ribuan kepala yg akan mencoba memecahkan rujukan tempat ini, dari sekian komentar, ada yg ngawur, ada yg asal ngomong, ada yg mendekati dan bahkan, ada yg benar-benar tepat lokasinya.

tetapi, saya tidak akan mengatakan ini lebih jauh atau membongkar tempatnya. jadi buat yg mungkin merasa sudah tahu, sudah, diam saja ya, kita bisa saling menghormati kan seperti saya menghormati warga desa disana yg saya yakin, semuanya orang baik.

foto ini adalah foto rowo bayu yang sebenarnya bukan tempat yg saya ceritakan. bukan.

foto ini saya ambil dari google atas saran narasumber yg ingin menggambarkan Petilasan yg beliau ceritakan yg menyerupai rowo bayu ini, karena narsum pernah juga ketempat ini.

Terakhir, saya sudah baca banyak sekali beragam komentar dan argument tentang cerita ini di luar platform twitter, aduh, saya tidak menyangka sebelumnya bila ini malah jadi ajang buat berantem demi argument masing-masing, saya jadi merasa tidak enak.

cerita yang awalnya saya tulis agar bisa mendapat kandungan pelajaran didalamnya malah jadi ajang debad dan baku hantam di komentar.

saya buat akun ini awalnya untuk menceritakan pengalaman-pengalaman saya yang bersinggungan dengan hal-hal yg diluar nalar saat masih kecil, kemudian, lanjut, dengan menceritakan pengalaman teman-teman dekat sampai orang yg saya kenal. semua itu, murni hanya untuk berbagi.

namun, bila disalah artikan seperti ini, saya jadi ikut merasa sedih. mungkin saya yg kurang bisa menyampaikan poin kandungan ceritanya, jadi tolong dimaafkan ya.

jadi akan saya tegaskan lagi, untuk siapapun yg membaca ini, semua yg saya tulis disini, yg bukan berasal dari pengalaman saya, adalah penceritaan ulang agar pembaca bisa menikmati dan tahu apa yg beliau alami, dari, apa yg saya dengar saat narsum bercerita.

kemudian bila ini dikatakan fiktif atau semacamnya, saya lebih suka seperti itu dan mungkin lebih baik seperti itu saja, biar saya bisa lebih bebas dalam menulis wes, gitu saja. Hehe.

Untuk yg membagi-bagikan cerita ini diluar platform twitter, saya tidak marah, sebaliknya, saya justru seneng, berterimakasih malah, karena pesan yg saya coba sampaikan lewat cerita ini bisa sampai, dibaca dan dilihat lebih banyak orang.

toh alasan pertama saya angkat cerita ini karena ada hikmah yg bisa menjadi pelajaran bagi semua orang. Ya kan,

Urusan percaya dan tidak percaya, semua kembali kepada yg membaca, karena saya gak bisa memakasakan kehendak semua orang kan.

Untuk yg menyebarkan foto ngawur diluar sana, tolonglah, jangan!! toh foto yg kalian sebar tidak ada hubungannya sama cerita ini, saya benar-benar merasa tidak enak, dimana kalau saya ketemu beliau jadi tidak nyaman. Mohon kebijaksanaannya ya kawan-kawan semua.

Segitu saja sih unek-unek saya hari ini, dan saya akan tetap menulis cerita dari pengalaman orang yg mau berbagi cerita dengan gaya penceritaan ulang yg saya buat, urusan mau diterima atau tidak, saya kembalikan saja kepada pembaca. gitu saja ya.

toh. Yg baca juga pastinya bisa menilai, bahwa keseluruhan cerita saya ada yg mungkin ditambahi atau dikurangi, untuk satu tujuan, HIBURAN. Ya, sebatas hiburan saja, jadi kalau ada yg berdebad karena hiburan ya, saya, no comment.

Sudah ya debadnya, yok lanjot kerja saja,

Seperti prinsip pertama saat buat akun ini, tertulis jelas di bio saya, “Life is simple, stop making it complicated”

Nanti, ayuk lah lanjut ceritanya, sudah terlalu lama saya menyibukkan diri kayanya. hehe.

Tonton video lengkapnya

(Tribunnews.com/Sinatrya/Citra/Siti) 

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas