Kisah Carmi, TKW yang Dianggap Hilang di Arab, 31 Tahun Tak Digaji, Lupa Bahasa Sendiri
6 bulan setelah Carmi keluar rumah, Ilyas berusaha menyusul anak gadisnya ke penampungan di Jakarta.
Editor: Hendra Gunawan
Sejak kedatangan surat pertama, kabar Carmi semakin kabur.
Tahun ke-7, keluarga kehilangan kontak dan berupaya mendatangi perusahaan dan KBRI di Jakarta. Sayangnya, perusahaan yang memberangkatkan tutup dan bangkrut.
Keluarga pun beberapa kali mendatangi Sarkum, tetangga yang memberangkatkan Carmi.
Keluarga saat itu berniat melaporkan kehilangan Carmi ke polisi, namun niat tersebut dicegah oleh Sarkum.
Hingga Sarkum meninggal dunia, jejak Carmi di Arab Saudi belum ditemukan. Namun Ilyas tetap berusaha agar anak pertamnya pulang.
Ia mendatangi sejumlah pihak yang mengaku bisa memulangkan Carmi.
Majikan di Arab Saudi
Namun upaya itu tidak gratis. Warniah dan suaminya, Ilyas menjual lebih dari 40 ton stok garam di gudang, menjual kambing, dan menjual sebagian hartanya.
Bahkan Warniah menyebut, suaminya sempat ingin menggadaikan harta satu-satunya yang mereka miliki, yakni rumah.
“Berjuta-juta. Apa maning kie, apan diborek-kaken, borek-kaken engko sedina-dina bocah apan tinggal ning endi? (apa lagi ini rumah, mau digadaikan. Kalau digadai, nanti sehari-hari anak-anak mau pada tinggal dimana?),” kata Warniah.
Jejak Carmi sempat terlacak pada tahun 1995. Sofiyudin, salah satu anggota keluarga mengaku keluarga sempat berkomunikasi dengan Carmi.
Mereka juga mendapatkan foto Carmi bersama majikannya dan bersama pihak kedutaan Arab Saudi.
"Setelah itu terus ga ada informasi apa-apa hingga saat ini,” ungkap Sofiyudin.
Keluarga sujud syukur saat Carmi ditemukan