Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Sukses Warga Desa Karanglo Klaten, Kelola dan Sulap Sampah Jadi Berkah

Inilah cerita sukses warga Desa Karanglo, Kabupaten Klaten dalam pengelolaan sampah. Berhasil sulap sampah jadi berkah.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
zoom-in Cerita Sukses Warga Desa Karanglo Klaten, Kelola dan Sulap Sampah Jadi Berkah
TRIBUNNEWS.COM/SRI JULIATI
Seorang konsumen melihat koleksi hasil produk sampah layak kreasi di distro Bank Sampah Rukun Santosa, Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Senin (19/8/2019) sore. 

"Ada tas untuk sampah plastik, logam dan kaca, layak kreasi, dan kertas."

"Tujuannya agar sampah ini tidak tercampur dengan kotoran lainnya," kata dia.

Bila tas pilah tersebut sudah penuh, sampah bisa dibawa ke Bank Sampah Rukun Santosa untuk ditabung atau dijual.

 

Sudah Sampai ke Mancanegara

Setelah disetorkan ke bank sampah, sampah layak kreasi tersebut 'disulap' oleh para perajin menjadi berbagai macam produk.

Sampah kertas dan kardus, misalnya.

Bisa dibuat menjadi hiasan bunga, gelang, kalung, bros, hingga wayang.

Berita Rekomendasi

Sementara sampah kantong plastik dan kemasan minuman serbuk bisa diubah menjadi wadah pensil, tas, dan dompet.

Juga ada gantungan kunci, ecobrick berupa kursi, tiang, dan lainnya.

"Tasnya pun macem-macem. Ada tas laptop, tas gendong, tas jinjing, tas anyaman," kata Sriyono.

Beberapa produk sampah layak kreasi dari Bank Sampah Rukun Santosa, Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Beberapa produk sampah layak kreasi dari Bank Sampah Rukun Santosa, Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. (TRIBUNNEWS.COM/SRI JULIATI)

Lantas, bagaimana nasib sampah yang tidak layak kreasi?

Sriyono menjelaskan, sampah tidak layak kreasi tersebut hanya dikumpulkan dan setiap akhir pekan, diangkut oleh Dinas Pekerjaan Umum.

"Dalam artian, sampah tersebut belum bisa dimaksimalkan menjadi produk yang lain atau produk yang lebih bermanfaat," kata dia.

Selain itu, tidak semua bisa sampah plastik bisa dimanfaatkan.

"Biasanya kami butuh bungkus minuman serbuk, deterjen, pewangi, atau kemasan berbahan alumunium foil, jadi ada kelap-kelipnya untuk membuat tas," tutur pria yang aktif di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

Sementara sampah plastik yang sekiranya masih layak kreasi, bisa disulap menjadi polybag.

Satu tas jinjing buatan Bank Sampah Rukun Santosa bisa dihargai sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribuan.

Untuk tas gendong dibanderol Rp 125 ribu dan tas anyaman ukuran kecil dilabeli harga di bawah Rp 100 ribu.

Tak perlu khawatir, ada beberapa produk Bank Sampah Rukun Santosa yang dijual dengan harga terjangkau.

Wadah pensil, misalnya, yang dihargai Rp 11 ribu atau kreasi bross seharga Rp 5 ribu.

Sriyono mengatakan, setiap sample dan produk bank sampah dipamerkan di distro yang lokasinya tepat berada di depan rumah pengelolaan sampah.

Istimewanya lagi, hasil kerajinan Bank Sampah Rukun Santosa telah sampai ke luar negeri.

Sebut saja Prancis, Belanda, Swedia, India, hingga China.

Hal ini, kata Sriyono, tak lepas dari peran PT Tirta Investama yang ikut mempromosikan produk Bank Sampah Rukun Santosa.

Sementara di tingkat pemerintah, ada Menteri Pertanian, Amran Sulaiman yang pernah memborong tas laptop buatan Bank Sampah Rukun Santosa.

Hal ini dilakukan Amran saat 'blusukan' sekaligus menghadiri kegiatan tanam serentak di Desa Glagahwangi, Kecamatan Polanharjo, Klaten, beberapa tahun lalu.

"Waktu itu, saya cuma bilang, 'Pak, tas laptop kami sudah dibeli orang Prancis 10,' Pak Menteri balas, 'kalau gitu saya nggak mau kalah, saya beli 11,'" tutur Sriyono menirukan ucapan Amran saat itu.

Sejak saat itulah, produk Bank Sampah Rukun Santosa kian dikenal banyak kalangan.

Tak jarang, mereka mendapatkan pesanan dalam jumlah banyak dari berbagai instansi.

"Terbanyak, kami pernah mendapat pesanan 500 tas laptop dari bank sampah di Magelang," ujar Sriyono.

Ada satu cerita menarik yang diurai Sriyono terkait saking banyaknya pesanan produk kreasi Bank Sampah Rukun Santosa.

Pihaknya sampai kekurangan sampah yang jadi bahan utama produk tersebut!

Bagaimana tidak, untuk membuat isian sebuah tas, butuh sekitar 250 hingga 400 bungkus minuman serbuk.

Alhasil, Bank Sampah Rukun Santosa terpaksa 'mengimpor' sampah dari komunitas pengelola sampah lainnya.

"Biasanya yang mau kunjungan ke sini sekalian bawa sampah layak kreasi, " kata dia.

Jadi Tujuan Studi Banding

Berkat produknya yang terkenal, Bank Sampah Rukun Santosa menjadi tujuan studi banding dari berbagai komunitas pengelola sampah.

Misalnya dari bank sampah se-Jawa Tengah yang pernah belajar ke Bank Sampah Rukun Santosa selama sehari.

Ada pula komunitas serupa dari berbagai daerah, misalnya dari Banyumas, Magelang, Sukoharjo, dan lainnya.

"Kami juga memberikan jasa pelatihan bagaimana mengelola sampah dan mengkreasikannya menjadi produk layak jual," kata Sriyono.

Soal pelatihan, menurut Sriyono, dirinya lebih mengedepankan sisi sosial, ketimbang bisnis.

Peserta hanya perlu mengeluarkan biaya untuk pengganti alat peraga.

Kegiatan pelatihan masih berlanjut hingga kini.

Selain itu, Sriyono juga pernah diminta untuk membantu membangun bank sampah oleh mahasiswa KKN dari UIN yang hanya melihat profil Bank Sampah Rukun Santosa lewat YouTube.

"Kami juga memiliki partner kampus seperti UGM, UNS, hingga UMS," ujar dia.

Libatkan Warga Sekitar

Walau didirikan oleh Sriyono dan Kepala Desa Karanglo, Bank Sampah Rukun Santosa bukanlah milik perorangan.

Melainkan unit kegiatan masyarakat Desa Karanglo yang kegiatannya melibatkan warga sekitar.

Menurut Sriyono, memang ada enam orang yang bekerja tetap di Bank Sampah Rukun Santosa.

Satu orang menunggu distro, dua orang yang mengambil sampah di PT Tirta Investama, dan sisanya, tiga orang bertugas memilah sampah.

Pun dengan penjahit tas yang berasal dari warga Desa Karanglo, di antaranya Agung Haryanto dan dua orang lagi dari warga desa tetangga.

Sriyono juga menggerakkan warga lain untuk ikut berpartisipasi, terutama kaum lanjut usia (lansia).

Mereka diminta untuk menggunting sampah kemasan yang telah dicuci dan dikeringkan untuk isian tas.

"Kalau mbah-mbah, guntingannya lebih rapi, panjang pendeknya. Jadi sambil ngobrol, duduk, atau nonton TV, mereka bisa nyambi ngguntingi."

"Walau nggak seberapa, tapi lama-lama bisa jadi banyak, jadi ada tambahan uang," ujar dia.

Untuk hasil guntingan kemasan plastik, Bank Sampah Rukun Santosa menghargainya Rp 11 ribu per kilogram.

Kaum lansia juga kerap dilibatkan untuk ikut memberikan pelatihan pada peserta yang menimba ilmu di Bank Sampah Rukun Santosa.

Selain mengajak para lansia, Bank Sampah Rukun Santosa juga mengajak kaum pemuda untuk ikut berkontribusi.

Puncaknya pada 2015, Bank Sampah Rukun Santosa meraih penghargaan dari Radar Solo Award untuk kategori pemberdayaan masyarakat.

"Prinsip kami, sampah membawa berkah," kata Sriyono.

Keberadaan Bank Sampah Rukun Santosa juga tak hanya meningkatkan perekonomian warga.

Lebih dari itu.

Lingkungan di Desa Karanglo pun lebih bersih dan sehat.

Sebab, tak ada lagi warga yang membuang sampah sembarangan di aliran irigasi atau sungai.

"Walau tidak ada yang mengingatkan, banyak warga yang pekewuh, sungkan untuk buang sampah di sungai."

"Lha wong sekarang sudah ada bank sampah, kok malah buang sampah di sungai," kata Sriyono.

Sriyono pun berharap, keberadaan Bank Sampah Rukun Santosa bisa lebih memberikan manfaat lagi pada warga sekitar.

Termasuk untuk menambah kesejahteraan warga hingga menciptakan lingkungan bersih dan sehat.

Walau tak menampik, Sriyono ingin sesekali pemerintah ikut membantu keberlangsungan Bank Sampah Rukun Santosa.

Selama ini, Bank Sampah Rukun Santosa memang selalu berjalan mandiri dan hanya mengandalkan bantuan dari kepala desa setempat. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas