Balita Tewas Setelah Makan Nasi Goreng dari Sekolah, Orangtua: Kami Sudah Ikhlas
Orang tua dari LSZ (3), bocah yang meninggal dunia karena diduga mengonsumsi nasi goreng pemberian kakaknya, mengikhlaskan
Editor: Sanusi
LSZ dibawa berobat bersama kakaknya, yang pada Rabu sore hari baru mengalami gejala serupa, yakni muntah-muntah.
Di situ, istri Wahyu, Widya Sumarni (31), mendapatkan pesan dari orang tua murid SDN 19 Tugu Utara lainnya.
Pesan itu berisi bahwa anak-anak mereka juga mengalami muntah-muntah setelah mengonsumi nasi goreng dari PMT-AS.
Kemudian, sesampainya di rumah sakit, ZAA langsung dirawat karena dokter menyatakan leukositnya tinggi.
Sementara LSZ dirujuk ke RSUD Koja untuk mendapatkan penanganan lanjutan. Bocah laki-laki itu pun diinfus lalu dirawat.
"Anak saya diinfus sama dipasang alat bantuan nafas. Pada saat itu anak saya kondisi masih lemas, di situ belum ada apa-apa tuh," jelas Wahyu.
LSZ yang kondisinya menurun sempat membaik.
Kesadaran bocah itu bahkan berangsur-angsur pulih dan bisa diajak berkomunikasi dengan lancar.
Orang tua korban kembali panik saat Kamis pagi sekitar pukul 7.00 WIB, kondisi LSZ malah mengalami penurunan drastis.
LSZ terus-terusan buang air dan juga sempat kejang-kejang. Kesadarannya pun lagi-lagi menurun.
"Setelah dimasukin obat itu anak saya kembali tenang, karena memang efek dari obat itu kayak obat penenang," kata Wahyu.
Di sela-sela menjaga anaknya, Wahyu mendapatkan kabar soal hasil laboratorium soal kondisi LSZ.
Hasil dari dokter, LSZ didiagnosa mengalami infeksi saluran pernafasan, kadar garam tinggi, serta infeksi saluran pencernaan.
Mendengar hasil diagnosa, orang tua korban mengerti soal infeksi saluran pernafasan, karena LSZ punya riwayat penyakit itu sejak lahir.
Namun, penjelasan dokter soal infeksi saluran pencernaan membuat orang tua korban bertanya-tanya.
Dengan adanya pernyataan dokter dan memperhatikan gejala yang ditunjukkan LSZ setelah mengonsumsi nasi goreng, Wahyu pun mempertanyakan apakah ada kemungkinan anak keduanya itu mengalami keracunan makanan.
Akan tetapi, Wahyu tidak mendapatkan jawaban yang pasti dari dokter. Dokter hanya menyatakan bahwa ada kemungkinan LSZ keracunan makanan.
"Dokter di situ nggak ngasih jawaban yang tegas. Dia cuman ngasih jawaban: bisa jadi, ada kemungkinan pak," kata Wahyu menirukan ucapan dokter.
Kondisi LSZ Makin Menurun
Kondisi LSZ yang makin menurun membuatnya harus dirujuk ke ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Koja.
LSZ diinfus di kaki dan tangannya, serta dipasangi kateter dan selang makan.
Harapan orang tua korban kembali bersemi saat kesadaran LSZ di ruang PICU muncul kembali.
Namun, pada Kamis sore kondisi LSZ menurun drastis hingga akhirnya bocah itu meninggal dunia pada pukul 19.12 WIB.
LSZ meninggal dunia setelah pihak rumah sakit melakukan penanganan selama sekitar satu jam jelang kematiannya.
"Akhirnya ada keputusan dari dokter jaga: Pak kita sudah berusaha semaksimal mungkin, anak bapak sudah meninggal," tandas Wahyu.
Adapun atas meninggalnya sang buah hati, Wahyu mengaku ikhlas.
Pihak sekolah serta Sudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara juga sudah mendatangi Wahyu dan istrinya untuk mengucapkan belasungkawa sekaligus menanyakan kronologi tewasnya LSZ.
Wahyu mengaku sudah berkomunikasi dengan pihak sekolah dan Sudin serta tak memperpanjang kasus ini. (*)
Nasi Goreng Jatah Sekolah
Seorang bocah berusia 3 tahun diduga tewas usai mengonsumsi nasi goreng yang dibawa kakaknya, seorang siswa SDN 19 Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.
Nasi goreng itu didapatkan kakak korban dari Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS).
"Jadi anak itu dapet jatah nasi goreng di sekolah. Nasi goreng itu udah diinfokan, harus makan di sekolah jangan dibawa pulang," kata Kasudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara, Momon Sulaeman, Jumat (13/9/2019).
Momon menuturkan, saat diberikan kepada kakak korban, guru SDN 19 Tugu Utara mengimbau bahwa nasi goreng itu tak bisa dimakan di atas jam 12 siang.
Akan tetapi, menurut Momon, nasi goreng itu dibawa pulang oleh kakak korban ke rumahnya.
Nasi goreng itu pun dimakan oleh korban dan kakaknya ketika sampai di rumah.
"Itu dimakan jam 3-an (sore), nasi goreng itu udah basi. Guru juga udah ngasih tau, itu nasi goreng jangan dimakan di atas jam 12," jelas Momon.
Setelah memakan nasi goreng tersebut, korban dan kakaknya mengalami masalah kesehatan.
"Dimakan juga sama adiknya. Adiknya punya riwayat sakit juga, saya wawlahualamam ya, ada paru-paru, jantung gitu kan. Itu menurut neneknya. Lantas masuk rumah sakit," kata Momon.
Korban pun meninggal dunia setelah sempat dilarikan ke rumah sakit, sementara kakak korban sempat mengalami muntah-muntah usai mengonsumsi nasi goreng itu.
"Yang korban bukan anak sekolah tapi adiknya. Dia belum sekolah usia 3 tahun. Kakaknya sempet mual-mual juga," kata Momon.
Adapun menurut Momon, nasi goreng PM-TAS tersebut juga diberikan kepada murid SDN 19 Tugu Utara lainnya, namun tak ada yang mengalami masalah kesehatan seperti korban.
"Tapi yang dapet nasi goreng itu semua murid kan. Karena kondisinya kedua anak itu kurang sehat makanya begitu," ucap Momon.
"Tapi siswa lainnya nggak ada masalah. Karena anak itu kondisi lagi sakit aja makanya gitu," tutup Momon. (*)
Dinas Pendidikan DKI Jakarta Turun Tangan
Dinas Pendidikan DKI Jakarta bakal melakukan penyelidikan di SDN 19 Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.
Penyelidikan ini dilakukan sebagai tindak lanjut atas meninggalnya balita berusia 3 tahun usai mengkonsumsi nasi goreng Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS).
"Kalau ada laporan pasti langsung diselidiki. Saya cek dulu biar enggak meluas," ucap Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Ratiyono, Jumat (13/9/2019).
Dijelaskan Ratiyono, penyelidikan akan dilakukan dengan mengecek pola memasak makanan tambahan yang dilakukan oleh komite sekolah.
"Nanti kita lihat dimana titik kesalahannya, apakah faktor-faktor lain. Kita lihat nanti," ujarnya.
Pasalnya, proses memasak makanan tambahan di setiap sekolah sepenuhnya diserahkan kepada komite sekolah.
"Komite masaknya harus steril, harus higienis karena akan dimakan oleh siswa yang salah satu muridnya adalah anaknya komite juga," kata Ratiyono.
Meski baru akan melalukan penyelidikan, namun ia menduga, peristiwa ini disebabkan oleh nasi goreng yang disantap oleh bocah itu telah basi.
"Kita cek itu masakan sampai jam berapa, terus dibawa pulang dan makannya jam berapa. Kalau misalnya sudah terlalu jauh, terlalu lama berarti basi dan menjadi beracun," kata Ratiyono.
Sebelumnya, seorang bocah berusia 3 tahun diduga tewas usai mengonsumsi nasi goreng yang dibawa kakaknya, seorang siswa SDN 19 Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.
Nasi goreng itu didapatkan kakak korban dari Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS).
"Jadi anak itu dapet jatah nasi goreng di sekolah. Nasi goreng itu udah diinfokan, harus makan di sekolah jangan dibawa pulang," kata Kasudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara, Momon Sulaeman, Jumat (13/9/2019).
Momon menuturkan, saat diberikan kepada kakak korban, guru SDN 19 Tugu Utara mengimbau bahwa nasi goreng itu tak bisa dimakan di atas jam 12 siang.
"Itu dimakan jam 3-an (sore), nasi goreng itu udah basi. Guru juga udah ngasih tau, itu nasi goreng jangan dimakan di atas jam 12," jelas Momon.
Setelah memakan nasi goreng tersebut, korban dan kakaknya mengalami masalah kesehatan.
Korban pun meninggal dunia setelah sempat dilarikan ke rumah sakit, sementara kakak korban sempat mengalami muntah-muntah usai mengonsumsi nasi goreng itu.
"Yang korban bukan anak sekolah tapi adiknya. Dia belum sekolah usia 3 tahun. Kakaknya sempet mual-mual juga," kata Momon.
"Adiknya punya riwayat sakit juga, saya wawlahualamam ya, ada paru-paru, jantung gitu kan. Itu menurut neneknya. Lantas masuk rumah sakit," tambahnya.
Adapun menurut Momon, nasi goreng PM-TAS tersebut juga diberikan kepada murid SDN 19 Tugu Utara lainnya, namun tak ada yang mengalami masalah kesehatan seperti korban.
"Tapi yang dapet nasi goreng itu semua murid kan. Karena kondisinya kedua anak itu kurang sehat makanya begitu. Tapi siswa lainnya nggak ada masalah. Karena anak itu kondisi lagi sakit aja makanya gitu," ucap Momon.
Kakak Adik Keracunan Nasi Goreng yang Dibawa dari Sekolah, Sang Adik Akhirnya Tewas
Seorang bocah berusia 3 tahun diduga tewas usai mengonsumsi nasi goreng yang dibawa kakaknya, seorang siswa SDN 19 Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.
Nasi goreng itu didapatkan kakak korban dari Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS).
"Jadi anak itu dapet jatah nasi goreng di sekolah. Nasi goreng itu udah diinfokan, harus makan di sekolah jangan dibawa pulang," kata Kasudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara, Momon Sulaeman, Jumat (13/9/2019).
Momon menuturkan, saat diberikan kepada kakak korban, guru SDN 19 Tugu Utara mengimbau bahwa nasi goreng itu tak bisa dimakan di atas jam 12 siang.
Akan tetapi, menurut Momon, nasi goreng itu dibawa pulang oleh kakak korban ke rumahnya.
Nasi goreng itu pun dimakan oleh korban dan kakaknya ketika sampai di rumah.
"Itu dimakan jam 3-an (sore), nasi goreng itu udah basi. Guru juga udah ngasih tau, itu nasi goreng jangan dimakan di atas jam 12," jelas Momon.
• Keluarga Elvy Sukaesih Sudah Minta Maaf ke Pemilik Warung yang Diserang Haidar
• Bekerjasama dengan Bazis Baznas dan Swasta, Pemprov DKI Berbagi Kebahagiaan dengan 5.200 Anak Yatim
• Pimpinan Baru KPK Lili Pintauli Tak Jaim, Pakai Kaus dan Celana Pendek ke Pasar saat Santai
• Sosok Pimpinan KPK Lili Pintauli Siregar: Bikin Pangling Saat ke Pasar, Suka Bercanda dengan Satpam
Setelah memakan nasi goreng tersebut, korban dan kakaknya mengalami masalah kesehatan.
"Dimakan juga sama adiknya. Adiknya punya riwayat sakit juga, saya wawlahualamam ya, ada paru-paru, jantung gitu kan. Itu menurut neneknya. Lantas masuk rumah sakit," kata Momon.
Korban pun meninggal dunia setelah sempat dilarikan ke rumah sakit, sementara kakak korban sempat mengalami muntah-muntah usai mengonsumsi nasi goreng itu.
"Yang korban bukan anak sekolah tapi adiknya. Dia belum sekolah usia 3 tahun. Kakaknya sempet mual-mual juga," kata Momon.
Adapun menurut Momon, nasi goreng PM-TAS tersebut juga diberikan kepada murid SDN 19 Tugu Utara lainnya, namun tak ada yang mengalami masalah kesehatan seperti korban.
"Tapi yang dapet nasi goreng itu semua murid kan. Karena kondisinya kedua anak itu kurang sehat makanya begitu," ucap Momon.
"Tapi siswa lainnya nggak ada masalah. Karena anak itu kondisi lagi sakit aja makanya gitu," tutup Momon. (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.