Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Desa Penari Tayub di Gunungkidul Ini Terancam Punah, Tak Ada Lagi Generasi Penerus

Dusun Badongan, Desa Karangsari, Kecamatan Semin merupakan wilayah yang terletak di utara Kabupaten Gununugkidul.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Desa Penari Tayub di Gunungkidul Ini Terancam Punah, Tak Ada Lagi Generasi Penerus
Tribun Jogja/Wisang Seto Pangaribowo
Mbah Gunem menunjukan piagam penghargaan dari Bupati Gunungkidul sebagai pelestari kesenian tayub 

TRIBUNNEWS.COM, GUNUNGKIDUL - Dusun Badongan, Desa Karangsari, Kecamatan Semin merupakan wilayah yang terletak di utara Kabupaten Gununugkidul.

Dulunya desa tersebut dikenal sebagai pusat penari Tayub di Gunungkidul.

Namun kini, julukan sebagai pusat penari Tayub tersebut mulai luntur, bahkan terancam hilang.Jika dulunya Desa ini memiliki puluhan penari tayub, kini hanya tersisa tiga orang saja.

Tiga orang penari tayub inipun sudah memasuki usia senja.

Sementara generasi muda tak ada yang menekuni profesi sebagai penari tayub.

Salah satu penari tayub yang hingga kini masih konsisten menekuni profesinya adalah Mbah Gunem.

Baca: Teka-teki Kebenaran Cerita KKN di Desa Penari, Sanusi Bongkar Ada Banyu yang Disakralkan

Hingga saat ini dia masih aktif menari Tayub ke berbagai daerah. Dari sekitaran Gunungkidul hingga luar Gunungkidul seperti ke Purworejo dan Wonosobo.

Berita Rekomendasi

Mbah Gunem lahir dari keluarga kurang mampu.

Profesi sebagai penari tayub ditekuni oleh Mbah Gunem berawal saat dia duduk di kelas 4 sekolah dasar.

Saat itu dia ingin mencari pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Saat itulah dirinya mulai bergabung dengan kelompok tayub yang ada di wilayahnya.

Saat masih muda, kesenian tayub cukup populer di Gunungkidil dan sekitarnya.

Mbah Gunem bersama kelompok kesenian tayubnya pun sering diundang dalam kegiatan bersih dusun di sejumlah wilayah di Gunungkidul.

Baca: Jadikan Konten YouTube, Raditya Dika Pastikan Tidak Terlibat Dalam Buku atau Film ‘KKN Sang Penari’

"Kalau soal sejarah apa itu Tayub dan kapan mulai masuk ke Gunungkidul saya tidak mengetahui secara persis. Ada yang lebih paham mengenai sejarah tari Tayub namun sudah meninggal dan belum diturunkan kepada generasi penerus," ucap Gunem saat ditemui di rumahnya, Kamis (19/9/2019).

Mbah Gunem mengaku, seiring dengan berkembangnya zaman, profesi sebagai penari tayub tidak dilirik lagi oleh generasi muda yang ada di wilayahnya.

Saat ini, generasi mudah lebih memilih untuk merantau ke luar daerah daripada menjadi seorang penari tayub.

Anak-anak yang masih bersekolah pun juga enggan untuk belajar tari tayub.

Kondisi ini pun membuatnya cukup gundah. 

Bagaimana tidak, profesi penari tayub yang dulunya banyak dijalani oleh warga Desa Karangsari kini hanya tersisa sendiri.

Mbah Gunem belum belum mengetahui siapa yang nantinya akan meneruskan  profesi sebagai penari tayub dan meneruskan kesenian tradisional ini.

Dia hanya berharap generasi muda tertarik untuk belajar tari tayub hingga nantinya kesenian ini bisa tetap dilestarikan. (Tribunjogja I Wisang Seto Pangaribowo)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kisah Desa Penari Tayub di Gunungkidul, Terancam Punah Karena Tak Ada Lagi Generasi Penerus, https://jogja.tribunnews.com/2019/09/19/kisah-desa-penari-tayub-di-gunungkidul-terancam-punah-karena-tak-ada-lagi-generasi-penerus?page=2.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas