Hendri Paruhuman: Perempuan Punya Peran Vital Dalam Bentengi Keluarga dari Radikalisme dan Terorisme
Posisi perempuan sangat vital dalam keluarga. Dengan demikian, perempuan juga memiliki peran vital dalam membentengi keluarga dari radikalisme
Editor: Toni Bramantoro
Mantan Danrem 173/Praja Vira Braja mengungkapkan, radikalisme dan terorisme menjadi salah satu tantangan besar yang tidak hanya mengganggu keamanan masyarakat, tetapi dalam cangkupan yang lebih besar merupakan ancaman terhadap kedaulatan negara.
Sejarah terorisme di Indonesia jug bukan hal baru, namun merupakan tantangan dan ancaman yang terus hadir dalam perjalanan bangsa.
Sejak masa orda lama, orde baru, hingga masa reformasi aktivitas kelompok teroris dengan aksi dan ancaman kekerasannya kerap menjadi hal yang menakutkan bagi keamanan masyarakat dan kedaulatan bangsa.
Pada kesempatan itu, Deputi 1 juga memaparkan sejarah dan strategi penanggulangan terorisme di Indonesia kepada kurang lebih 120 perempuan peserta kegiatan.
Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Gubernur Sumbar Drs. H. Nasrul Abit, Ketua FKPT Sumbar Ketua FKPT Sumber Dr. Zaim Rais, MA serta jajaran Forkominda dan Forum Kerukunan Beragama Sumbar.
Kegiatan itu juga menghadirkan narasumber Nyimas Aliyah SE, M.Ikom(Asdep Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak).
Sementara itu, Wagub Sumbar, Nasrul Abit mengungkapkan, ibu-ibu (bundo kanduang) sebagai limpapeh rumah nan gadang atau tiang penyangga rumah besar harus bisa menjadi agen perdamaian dalam melindungi keluarga dari ancaman radikalisme dan terorisme.
Apalagi Indonesia tengah mengalami banyak masalah seperti radikalisme, terorisme, bahkan juga kemarin tragedi Wamena.
“Pemerintah sudah mencoba dan pihak keamanan juga sudah maksimal menangani radikalisme dan terorisme. Ternyata masih ada yang ketinggalan yaitu pelibatan perempuan dalam menangkal masalah ini karena bagaimanapun para pelaku terorisme dan radikalisme berasal dari rumah tangga. Makanya kegiatan ini harus didukung, terutama untuk bundo kanduang sebagai limpapeh rumah nan gadang,” kata Nasrul Abit.
Ia menilai, radikalisme itu suatu paham ingin memaksakan kehendak, masuk ke masyarakat dan ke dunia politik. Mereka tidak mau tunduk pada Undang-Undang dan peraturan berlaku. Dia ingin memaksakan kehendaknya, bahkan membunuh orang dinilai mati syahid.
“Itu tidak benar, agama apa seperti itu? Jadi saya minta ibu-ibu, tolong awasi anak-anaknya, terutama yang mengikuti pengajian di luar. Agama itu pegangan kita yang hakiki. Kita fanatik boleh dalam Islam, tapi dalam kehidupan bernegara kita harus tunduk pada aturan,” jelas Nasrul Abit.