Kisah 'Jojo' Suparjo Relawan Pengajar yang Rela Tak Dibayar Saat Mengajar
Relawan tak dibayar karena sebenarnya telah memiliki pekerjaan lain dan menganggap mendidik generasai muda sebagai pengabdian.
Editor: Hendra Gunawan
Oleh karena itu harus diimbangi dengan pengabdian yang mana di dalam pengabdian itu ada fitrah manusia yaitu suka memberi baik berupa materi atau pun non materi. Para pengabdi selalu tulus melayani untuk memberikan yang terbaik.
Berangkat dari hal itu Jojo jadi merenung setiap melakukan aktivitas kerja selalu gelisah dan mencari ladang apa yang cocok untuk mengabdi melalui pencarian di Google, karena ada beberapa ragam tentang pengabdian seperti charity, fasilitator, advokasi dan edukasi.
"Dari ragam pengabdian tadi saya mulai menyesuaikan dengan kemampuan yang saya miliki, mana yang lebih cocok diantara sekian banyak ragam pengabdian yang kira-kira bisa saya lakukan," katanya kepada Tribunnews.com, Senin (25/11/2019).
Kemudian ia mulai mengukur diri sendiri dengan melihat masa lalunya tentang kesukaan yang ia lakukan.
Setelah melalui tahapan perenungan ayah 4 anak ini merasa cocok mengambil ragam edukasi.
"Tahun 2006 akhir saya memutuskan membuka bimbingan belajar bahasa Inggris secara cuma-cuma di rumah kontrakan bilangan pasar minggu Jakarta Selatan," kenangnya.
Alhasil diikuti adik-adik yang tinggal di sekitar rumah yang dikontraknya. Sekitar 30 adik-adik dari SD kelas 4, 5 dan 6.
Kegiatan itu dilakukan disamping pekerjaannya sebagai freelance IT
Lalu pada 2 Oktober 2018 mencoba ikut seleksi melalui open recruitment yang diselenggarakan oleh Turun Tangan Jakarta yang saat itu membutuhkan relawan pengajar.
Singkat cerita Jojo diterima dan mendapat tugas mengajar bahasa Inggris di Yayasan Amal Abadi Bea Siswa ORBIT Hasri Ainun Habibie.
Tahun 2019 dikirim ke lokasi bencana di Palu untuk mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak di Palu bersama relawan Turun Tangan se-Indonesia dalam program trauma healing.
"Sejauh ini siswa yang saya ajar bareng teman-teman relawan lainnya tidak dipungut biaya. Bahkan oleh masyarakat lingkungan sekitar malah memberi dukungan dengan menyediakan kue alakadarnya untuk anak-anak," ujarnya.
Meskipun tak dibayar, mereka merasa senang karena masyarakat merasa senang dan mendapatkan ilmu dengan kehadiran mereka. Dan yang penting, jelasnya, masyarakat terus memberi dukungan.
"Ada rasa haru, bangga dan campur aduk yang saya rasakan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.