Cerita Sedih Nenek Esmi Tambunan, Hidup Sebatangkara, Tiap Natal Sendirian di Gubuk Derita
Sukacita Natal tak dapat dirasakan oleh Nenek usia 80-an tahun Esmi Tambunan seperti ketika ditemui Tribun Medan di Desa Unjur
Editor: Hendra Gunawan
Esmi yang semakin digerogoti penyakit dan faktor usia mengaku terkadang linglung, apalagi kala terbangun di malam hari.
Esmi bingung dan terkadang tidak tau sedang dimana meski tinggal di rumah peninggalan almarhum orang tuanya.
Kata Esmi, untuk makan saat ini dia terpaksa mendapat bantuan dari keponakan-keponakan dan keluarga lainnya.
Memang, diakuinya kerabat keluarganya sesekali masih memperhatikan dirinya, namun karena jarak yang jauh Esmi hanya bisa sesekali didatangi familinya.
Esmi yang semakin digerogoti penyakit dan faktor usia mengaku terkadang linglung, apalagi kala terbangun di malam hari.
Esmi bingung dan terkadang tidak tau sedang dimana meski tinggal di rumah peninggalan almarhum orang tuanya.
"Sipata linglung do ahu dang huboto idia, mardomu molo nungga tarsunggul di tonga borngin lungunan ma sasada ahu.
Marningot ma ahu haposoonhu, boasa ma ikkon songon on ahu
(Terkadang aku bingung tak tau sedang dimana, apalagi kalau terbangun tengah malam dan teringat masa muda dan kenapa sakitnya harus seperti ini," ujarnya.
Sehari-hari, dengan kondisi yang semakin renta penyakit yang menggerogoti tubuhnya mengulah.
Esmi mengaku, kakinya semakin bengkak karena ruangan belakang rumahnya tempat dia tidur sering dialiri air saat hujan deras.
Sementara dia yang sudah tidak sanggup menguras air yang masuk terpaksa membiarkannya hingga surut.
"Ido umbahen lamu bongkak pat hu on. Hudalani nama songon i aek i molo naing hu kamar mandi manang hu podoman.
(Itu yang bikin kakiku semakin bengkak. Kakiku sering terendam air yang merembes ke rumah)," ujar Esmi sambil menunjukkan ruang tidurnya yang posisinya persis di belakang bagian bawah rumah adat peninggalan orang tuanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.