Belajar dari Kasus Siswa SMK Bunuh Diri, Begini Peran Keluarga Agar Kasus Tidak Terulang
Belajar dari kasus bunuh diri yang dilakukan siswa SMK di Semarang, begini kata psikolog tentang peran keluarga untuk mencegah kasus itu terulang.
Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Whiesa Daniswara
3. Melatih anak untuk dapat menerima kenyataan hidup
Menurut Adib, kadangkala remaja membandingkan hidupnya dengan hidup teman-temannya.
Tak jarang, hal itu ia lakukan tanpa melihat kondisi orangtuanya.
"Dia berharap bahwa orangtuanya bisa seperti orangtua teman-teman lain," kata Adib.
Lebih lanjut, Adib menyampaikan, penting bagi orangtua untuk memberi pengertian pada anaknya yang berusia remaja agar ia mampu menerima kenyataan hidupnya.
"Remaja harus mengerti hidup ke depan itu perlu dihadapi jadi bukan hanya menuntut orangtua tapi bagaimana mengerti orangtua," tuturnya.
Namun, Adib pun melarang orangtua untuk bersikap egois.
"Sebagai orangtua juga jangan egois atau keras kepala, misal anaknya sudah ngomong tapi nggak didengarkan gitu," kata Adib.
"Kemauan-kemauan anak harusnya didengar juga jadi orangtua jangan memaksakan kehendak," tambahnya.
Kendati demikian, Adib tidak membenarkan orangtua yang selalu menuruti setiap kemauan anaknya.
Menurut Adib, yang tepenting adalah adanya ruang komunikasi antara orangtua dan anak.
"Tidak hanya mendengarkan lalu menuruti semua kemauan anak gitu, tapi bagaimana ketika nggak nurutin, orangtua memberi alasan," tutur Adib.
"Harus dikomunikasikan sehingga anak mengerti bahwa orangtua juga punya beban hidup, bahwa hidup ini memang ada beban masing-masing," lanjutnya.
Adib menambahkan, dengan mengerti adanya beban-beban hidup yang perlu dihadapi, seorang anak remaja akan memiliki karakter yang lebih kuat.