Antropolog Sebut Raja 'Palsu' Keraton Agung Sejagat Paham Bidik Korban dengan Manfaatkan Budaya Jawa
Antropolog menyebut sosok Raja palsu keraton agung sejagat sangat paham membidik korbannya dengan memanfaatkan budaya jawa.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Nurhadi mengatakan kemampuan lain yang dimiliki Totok.
Menurutnya, Totok sangat paham budaya jawa.
"Totok paham betul Budaya Jawa. Orang Jawa cenderung sulit menolak jika berulang kali diminta."
"Ada rasa tidak enak atau juga karena sudah berkawan baik," tuturnya.
Totok dinilai amat paham budaya jawa yang sungkan menolak hingga akhirnya tergabung dalam kerajaan.
"Totok paham dengan orang jawa yang tidak enak perasaan atau pakewuh dan akhirnya bergabung walaupun dengan rasa terpaksa," katanya.
Nurhadi pun menduga Totok akan berhubungan baik lebih dulu dengan korban.
"Saya menduga Totok berhubungan baik dulu dengan orang yang akan jadi korbannya, lalu mengajak bergabung dengan organisasinya," imbuhnya.
Orang Jawa rentan jadi korban
Nurhadi mengatakan orang jawa juga rentan menjadi korban karena mudah terpikat dengan tampilan luar.
"Orang Jawa mudah terpikat dengan cara orang berbicara manis, kemudian sopan dan halus, kesan baik itu menjadi pintu masuk supaya bergabung dengannya," jelasnya.
Sebagaimana diketahui Totok memang sudah pernah muncul di media pada 2016.
Totok pernah diwawancarai Tribunnews terkait organisasi soial yang dia buat di Yogyakarta, Jogjakarta Development Committe (JOGJA-DEC).
Warga sempat menduga JOGJA-DEC mirip dengan organisasi Gafatar, yang mendoktrin pengikutnya rela menyerahkan harta benda dengan suka rela untuk organisasi.