Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Viral Cerita Pernikahan di Malang yang Hanya Bertahan 12 Hari, Psikolog Beri Tanggapan

Seorang perempuan asal Malang harus merelakan pernikahannya yang baru berjalan 12 hari. Psikolog berikan tanggapan soal kasus tersebut.

Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Miftah
zoom-in Viral Cerita Pernikahan di Malang yang Hanya Bertahan 12 Hari, Psikolog Beri Tanggapan
Pixabay
ILUSTRASI PERCERAIAN 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang perempuan asal Malang, NM (23), harus merelakan pernikahannya yang baru berjalan 12 hari terhenti.

Sebelumnya, kisah ini ia ungkap di akun media sosialnya pada Senin (20/1/2020).

Kisahnya itu pun langsung menarik perhatian warganet.

Hingga Selasa (21/1/2020) siang, kisahnya telah dibagikan lebih dari 22 ribu kali dan disukai lebih dari 54 ribu orang.

Banyak yang merasa turut prihatin dengan kejadian yang menimpa pernikahannya.

NM menceritakan, sang suami tiba-tiba meninggalkannya begitu saja tanpa ada kejelasan. 

"Saya dibuang begitu saja, tanpa dikembalikan ke orang tua saya dengan baik," tutur NM saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (21/1/2020).

BERITA TERKAIT

Kisah NM ini terungkap pertama kali ketika ia mengunggah kisahnya di akun media sosial pribadinya, Senin (20/1/2020).

Ilustrasi pernikahan(Romanno)
Ilustrasi pernikahan(Romanno) (Kompas.com)

Sebelumnya, ia ceritakan dalam unggahannya, NM mendapati perbedaan pada diri suaminya setelah mereka melangsungkan pernikahan.

Suaminya yang dulu selalu menghubunginya melalu video call saat keduanya sedang bekerja, tiba-tiba menjadi sosok yang tidak mempedulikannya.

NM pun sempat menemukan percakapan suami bersama orang terdekatnya, yang masih merupakan anggota keluarga, beberapa hari menjelang pernikahan.

Saat itu, laki-laki tersebut mengeluhkan kesibukan NM yang masih bekerja di hari libur.

NM menuturkan, sebenarnya ia pun telah mengajak suaminya berdiskusi dan suaminya pun mengizinkan.

Namun, rupanya laki-laki tersebut mengungkapkan hal yang berbeda saat menceritakan NM pada orang terdekatnya.

"Yang aku tahu, dia bilang dia suka sama wanita yang mau kerja, dia suka sama wanita yang mandiri, dan dia suka sama pekerjaanku," tuturnya.

"Bingung mau marah tapi nggak bisa," sambung NM.

NM merasa sakit hati namun tetap berusaha mempertahankannya hingga hari pernikahan tiba.

Hingga hari ketiga pernikahan, semua berjalan dengan normal.

Keduanya pun masih sama-sama mengambil cuti dan menikmati waktu-waktu berdua di rumah.

Namun, mulai di hari keempat, NM menemukan banyak kejanggalan dari sikap suaminya.

Ilustrasi pernikahan(Romanno)
Ilustrasi pernikahan(Romanno) (Kompas.com)

Sampai akhirnya pada hari ke-12, pada saat NM dalam keadaan sakit, suaminya memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahannya.

Keputusan itu pun hanya disampaikan melalui telepon.

Ia sempat menuturkan pada NM bahwa dirinya masih mengalami trauma.

NM tak tahu pasti trauma yang dialami suaminya, ia hanya mengetahui bahwa suaminya sempat gagal menikah ketika sudah bertunangan.

Hingga saat ini, NM menuturkan, pihak laki-laki dan keluarganya sama sekali belum menemuinya.

Ia pun menyesalkan sikap mereka yang terkesan lepas tanggung jawab.

Lebih lanjut, NM berencana mengajukan pembatalan pernikahan dan perceraian.

"Rencananya saya mau mengajukan pembatalan pernikahan dan perceraian tapi masih dalam tahap diskusi keluarga," ungkapnya.

NM mengaku, masalahnya ini membuatnya tidak berani keluar rumah.

Ia merasa terlalu banyak bisik-bisik orang sekitar yang membuatnya tak nyaman.

"Saya masih di rumah, belum berani keluar," kata NM.

"Omongan orang racun banget, saya masih belum siap ngadepin (orang-orang) di luar sana," sambungnya.

Tanggapan Psikolog

Seorang Psikolog Keluarga dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan, M. Psi., menanggapi kejadian yang menimpa NM.

Menurut Adib, suami NM memungkinkan mengalami trauma mengenai sikap-sikap pasangan yang dulu pernah diterimanya.

"Barangkali trauma dicerewetin sama pasangan, diatur-atur, itu bisa saja," kata Adib pada Tribunnews.com, Selasa (21/1/2020).

Lebih lanjut, psikolog di praktekpsikolog.com itu menyampaikan, laki-laki tersebut kemungkin memiliki kepribadian yang cenderung lemah. 

"Kalau kepribadiannya nggak kuat, ada tekanan dikit, dia mudah down," terangnya.

Secara umum, sikap suami NM tersebut biasanya terjadi pada orang-orang yang memiliki mental block.

"Mental block dalam arti dia punya pengalaman dibully saat masih sekolah atau mungkin pernah menddapat kekerasan dari orang tuanya, itu yang membuat dia memiliki permasalahan yang banyak," kata Adib.

Mengetahui kisah yang dialami NM, psikolog dari Bintaro, Jakarta Selatan, itu menilai suami NM mengalami trauma masa lalu yang belum diuraikan.

"Bisa aja sih sebenarnya dia punya trauma masa lalu yang belum diuraikan, dia menikah, terus merasa berat," kata Adib.

"Menurut saya, ini masalahnya antara sedang sampai berat," sambungnya.

Adib juga beranggapan bahwa suami NM masih terlalu egois.

"Ini perlu dibina memang oleh orang tunya, mertua, atau saudaranya," lanjut Adib.

Adib menuturkan kurang matangnya kepribadian suami NM juga bisa menjadi penyebab runtuhnya keluarga mereka.

"Mungkin karena dia belum matang, barangkali belum matang secara kepribadian sehingga merasa tertekan," terang Adib.

Menurut Adib, dalam suatu pernikahan harus terdapat visi-misi bersama untuk menyelesaikan permasalahan berdua.

"Ini kan baru menikah, belum punya anak, artinya pengeluaran belum sebanyak kalau punya anak kan? Sebaiknya setiap ada masalah ya dikomunikasikan lah," tuturnya.

Selain itu, Adib menyampaikan, dalam sebuah pernikahan, setiap pasangan perlu untuk saling mengalah.

"Lebih baik saling mengalah daripada ego-egoan, takutnya suaminya belum matang jadi main pergi aja," ujar Adib.

Komunikasi Menjadi Hal Terpenting dalam Keluarga 

Adib menyampaikan, komunikasi merupakan hal terpenting dalam keluarga.

Pasalnya, masalah akan selalu ada dalam pernikahan.

Apabila pasangan mampu mengkomunikasikan setiap masalah yang dialami, Adib mengatakan, setiap permasalahan pun akan mampu teratasi.

"Masalah pasti ada, apalagi ini baru menikah," kata Adib.

"Tentunya, ketika sudah menikah, jangan seperti anak kecil yang dikit-dikit ngambek, dikit-dikit pergi ke rumah orang tuanya, ke temennya," sambungnya.

Ilustrasi.
Ilustrasi. (SHUTTERSTOCK)

Adib menyarankan pada semua pasangan untuk dapat membicarakan masalah yang dialami dalam keluarga.

"Sebisa mungkin semua masalah itu dibicarakan, pasti ada solusi," tuturnya.

Selain itu, Adib menuturkan, ketika seseorang sudah memutuskan menikah artinya mereka harus siap unuk dewasa.

Ia menegaskan, dalam pernikahan, sebaiknya setiap masalah diselesaikan berdua saja dengan pasangannya.

"Segala masalah harus diselesaikan berdua, jangan dikit-dikit curhat, dikit-dikit nyalahin, lebih baik komunikasikan berdua," kata Adib.

Dalam kasus NM ini, Adib menilai ruang komunikasi keduanya masih cenderung tertutup.

"Ruang komunikasinya masih cenderung tertutup ini sampai suaminya curhat ke saudaranya," kata Adib.

"Ruang komunikasi mereka berdua ini belum terbentuk, mereka belum saling memahami," sambungnya.

Menurut Adib, pasangan suami-istri harus mampu membangun pondasi pernikahannya.

"Selain cinta, pondasi pernikahan itu adalah komitmen dan kemauan berkomunikasi," tutur Adib.

"Komunikasi sangat penting, yaitu bagaimana mengkomunikasikan masalah-masalah yang dialami mereka berdua," lanjutnya.

(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas