Aktivitas Gunung Anak Krakatau Berstatus Waspada
Bukan hanya warga Lampung Selatan, getaran letusan Gunung Anak Krakatau meletus dirasakan sebagian warga Jakarta hingga Jawa Barat.
Editor: Willem Jonata
Sebelumnya, aktivitas Gunung Anak Krakatau di tengah Selat Sunda masih fluktuatif.
Rabu (12/2/2020) sekira pukul 14.00 WIB, sempat terlihat asap putih dari kawah.
Kepulan asap kawah Gunung Anak Krakatau sempat terlihat oleh Tribunlampung dari Tanjung Tua, Bakauheni.
Kepulan asap ini terlihat membumbung dan membentuk cendawan (jamur).
Andi Suardi, penanggung jawab Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, juga mengaku sempat terlihat adanya asap kawah berwarna putih pada Rabu siang.
Asap ini berasal dari aktivitas embusan kawah Gunung Anak Krakatau.
Ketinggian asap mencapai 25-50 meter dari puncak Gunung Anak Krakatau.
“Tadi siang memang ada embusan kawah yang disertai asap. Untuk embusan ini hanya satu kali terlihat. Ketinggian asap kawah teramati sekira 25-50 meter dari puncak,” kata dia.
Andi mengatakan, aktivitas Gunung Anak Krakatau cenderung menurun pada dua hari terakhir.
Sebelumnya, Senin (10/2/2020), sempat teramati adanya asap kawah setinggi 1.000 meter berwarna pekat.
Sementara pada Selasa (11/2/2020) hingga dini hari tadi, data magma VAR Badan Geologi, PVMBG Kementerian ESDM Pos Pantau Gunung Anak Krakatau mencatat ada tiga kali letusan dengan amplitudo 36-37 mm dan durasi 46-85 detik.
Lalu gempa embusan sebanyak 5 kali dengan amplitudo 5-30 mm dan durasi 25-43 detik.
Gempa frekuensi rendah sebanyak 5 kali dengan amplitudo 3-14 mm dan durasi 5-15 detik.
“Juga teramati adanya gempa mikro tremor yang terekam dengan amplitudo 0,5-27 mm (dominan 10 mm),” kata Andi.