Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

3 Pemudik Kapok Dikarantina di Rumah Angker, Bupati Sragen: Orang Indonesia Itu Takut Sama Hantu

Bupati Sragen menyiapkan rumah kosong berhantu agar para pemudik yang tak patuh isolasi mandiri bisa jera.

Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati
zoom-in 3 Pemudik Kapok Dikarantina di Rumah Angker, Bupati Sragen: Orang Indonesia Itu Takut Sama Hantu
TRIBUN SOLO/GARUDEA PRABAWATI
Bupati Sragen Kusdinar Yuni Untung Sukowati 

"Lalu mereka lapor kepada satgas yang berjaga di depan rumah. Mereka minta untuk pulang ke rumah dan melanjutkan karantina mandiri."

"Pihak desa mengizinkan, dan gedungnya saat ini kosong," terang Kusdinar Untung Yuni Sukowati.

Penuturan Kades

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Desa Sepat, Mulyono mengatakan, tiga pemudik itu sebelumnya pulang dari Jakarta, Kalimantan, dan Lampung.

Mereka sudah diminta untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari.

Baca: Evaluasi Larangan Mudik, Jubir Kemenhub: Masyarakat Masih Penyesuaian

Baca: Uang Refund Tiket Mudik Kembali 3 Hari via KAI Access, Belum Punya Aplikasinya? Ini Cara Registrasi

Baca: Kemenpan RB: PNS Wajib Patuhi Larangan Mudik

Namun, karena tidak tertib, mereka dijemput Satgas Covid-19 Desa Sepat dan dikarantina di rumah yang diduga berhantu.

"Dua hari mereka nangis-nangis terus. Tiap malam katanya didatangi dan dibayang-bayangi hantu di rumah hantu," kata Mulyono, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/4/2020).

Bekas rumah dinas sinder atau mandor tebu bakal disulap menjadi lokasi karantina bagi orang dalam pemantauan (ODP) yang bandel di kompleks bekas Pabrik Gula Sido Wurung atau lebih dikenal dengan Kedoeng Banteng, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen.
Bekas rumah dinas sinder atau mandor tebu bakal disulap menjadi lokasi karantina bagi orang dalam pemantauan (ODP) yang bandel di kompleks bekas Pabrik Gula Sido Wurung atau lebih dikenal dengan Kedoeng Banteng, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen. (TribunSolo.com/Istimewa)
BERITA TERKAIT

Setelah kejadian itu, orangtua pemudik memohon kepada kepala desa agar anak mereka bisa dikarantina di rumah.

Mulyono akhirnya mengabulkan permohonan itu dengan syarat orangtua harus mengawasi anaknya dengan ketat.

"Orangtuanya setuju untuk membantu dan mengawasi anaknya karantina mandiri di rumah akhirnya kita lepaskan dari rumah hantu," jelasnya.

(Tribunnews.com/Nuryanti) (Kompas.com/Labib Zamani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas