Warga Nagekeo NTT Terpaksa Olah Ubi Beracun Untuk Dimakan Sebagai Pengganti Nasi
Demi bertahan hidup di tengah menipisnya stok pangan, warga Kabupaten Nagekeo, NTT terpaksa mengolah ubi beracun untuk dikonsumsi
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, NAGEKEO - Demi bertahan hidup di tengah menipisnya stok pangan, warga Desa Woedoa, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) terpaksa mengolah ubi beracun untuk dikonsumsi.
Warga mengonsumsi Ubi Gadung (Dioscorea Hispida) yang mengandung racun sianida.
Warga setempat biasa menyebut ubi beracun tersebut Odo atau Ondo.
Ondo memang menjadi pilihan terakhir bagi warga sebagai pengganti nasi karena jenis pangan lainnya sudah mulai menipis bahkan sudah habis.
Warga Woedoa, Isabela Suwo (46) mengatakan hampir setiap tahun ia dan sang suami menggali Odo di hutan namun tidak banyak.
Tahun ini sangat kesulitan karena Covid-19 sehingga hampir setiap orang di Desa Woedoa menggali Odo dan mengolahnya menjadi makanan.
Menurut Isabela akibat pandemi Covid-19 warga kesulitan mendapatkan bahan makanan.
Pasar dan akses transportasi ditutup sehingga kesulitan menjual hasil bumi dan lainnya.
Baca: Tersangka Kasus Wanita Muda Dibunuh Kekasih di Deli Serdang Kemungkinan Lebih Dari Seorang
Padahal tahun sebelumnya warga bisa bertahan hidup dengan menjual hasil bumi seperti Jagung, Pisang, Sayur-Sayuran, Kelapa, Kemiri, dan lainnya di pasar.
Isabela mengatakan proses pengolahan Odo sangat lama dan harus benar-benar mengikuti langkah-langkah yang biasa dilakukan pada tahun sebelumnya.
Biasanya mengolah Odo memakan waktu dua hingga tiga hari baru bisa dimakan dan jangan sampai salah mengolahnya.
Baca: Kim Jong Un Disebut Sengaja Palsukan Kematian Agar Tahu Siapa Pengkhianat di Dekatnya
"Kami gali di hutan. Setelah itu kami kupas kulit, iris harus tipis dan simpan di ember dan simpan garam. Rendam dengan garam dapur selama satu malam. Paginya baru angkat taruh di karung yang tipis baru rendam di air mengalir selama satu malam," ungkap Isabela, Kamis (7/5/2020).
Isabela mengatakan jika tidak mengolah Odo maka tidak bisa makan apa-apa yang jelas masyarakat akan mengalami kelaparan.
Odo menjadi salah satu pangan alternatif sebagai pengganti nasi.
"Setelah direndam dalam air mengalir selama satu malam, barulah diolah menjadi makanan. Bisa langsung dimasak atau dijemur terlebih dahulu baru bisa ditumbuk menjadi tepung sehingga bisa dikukus, atau olah dengan cara lain misalnya masak dan nanti campur dengan kelapa. Intinya harus melalui langkah-langkah yang baik sehingga racunnya hilang. Karena ubi ini beracun," ungkapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.