Warga Nagekeo NTT Terpaksa Olah Ubi Beracun Untuk Dimakan Sebagai Pengganti Nasi
Demi bertahan hidup di tengah menipisnya stok pangan, warga Kabupaten Nagekeo, NTT terpaksa mengolah ubi beracun untuk dikonsumsi
Editor: Adi Suhendi
Ia mengatakan jika Odo diolah asal-asal saja nanti bisa mabuk setelah mengonsumsinya.
Baca: Roy Kiyoshi Ditangkap Polisi Satuan Narkoba Polres Metro Jakarta Selatan, Keterangan Jumat Siang
"Bisa mabuk dan kalau mabuk nanti bisa tidak mau makan lagi, makanya olah baik-baik," ungkapnya.
Stok Pangan Menipis dan Sembako Mahal
Warga lainnya, Maksimus Sela (48) mengatakan akibat pandemi Covid-19 stop pangan masyarakat mulai menipis dan warga terpaksa menggali Odo untuk dijadikan bahan makanan.
Hasil bumi sulit dipasarkan dan harga Sembako mahal sehingga warga sangat kesulitan membeli. Apalagi uang tunai sangat sulit diperoleh karena hasil kebun tidak bisa dijual seperti sebelumnya.
"Kami gali dan olah Odo ini karena stok pangan menipis. Pasar tutup, mau jual hasil tidak bisa. Harga Sembako naik. Memang kemiri komoditi disini ada, pisang, kelapa dan masih banyak hasil bumi lainnya tapi mau dikemanakan," ujar Maksimus.
Baca: Ditangkap karena Narkoba, Roy Kiyoshi Pernah Ramal Banyak Artis Terjerat Narkoba pada 2020
Maksimus menyebutkan hampir 75 % warga Woedoa mengkonsumsi Odo sebagai pengganti nasi. Jika tidak ada pangan alternatif masyarakat akan kelaparan.
Maksimus mengatakan memang gali dan olah Odo sudah menjadi tradisi namun tahun ini dampak Covid-19 sangat dirasakan oleh masyarakat sehingga warga Waedoa beramai-ramai pergi ke hutan mencari Odo.
"Kalau sebelumnya kami memang sering gali Odo. Tapi tahun ini sangat ramai untuk cari Odo. Karena memang stok pangan kami menipis. Ini bukan rekayasa. Ini bencana luar biasa. Ini tahun galinya cepat sekali. Ini sejak April sudah digali. Biasanya bulan Juni baru mulai digali karena stok pangan masih ada, tapi dengan adanya pandemo Covid sembilan belas orang semua pergi cari Odo ke hutan," ungkap Maksimus.
Baca: Selektif Pilih Minuman Kesehatan Saat Awal Kehamilan Bantu Pertumbuhan Organ Janin
Maksimus menuturkan Odo harus mulai digali dan diolah karena bisa simpan serta tahan lama. Biasanya sampai dua bulan disimpan dan olah menjadi makanan seperti nasi.
Odo saat ini sudah menjadi pengganti nasi untuk sarapan pagi, siang malam. Jika ada beras atau nasi, Odo diolah sebagai makanan selingan.
"Kalau saat ini kita Odo untuk makan pagi, siang dan malam. Kalau ada beras selang-seling."
"Stok pangan kita sampai satu dua bulan habis kalau tidak ada Odo. Maka harus ada makanan selingan. Maka kami cari Odo atau Ondo ini," ungkapnya.
Ia mengatakan kerja untuk gali dan olah harus bersama supaya prosesnya cepat. Ada yang tukang gali, ada yang ambil dan hantar ke rumah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.