Warga Nagekeo NTT Terpaksa Olah Ubi Beracun Untuk Dimakan Sebagai Pengganti Nasi
Demi bertahan hidup di tengah menipisnya stok pangan, warga Kabupaten Nagekeo, NTT terpaksa mengolah ubi beracun untuk dikonsumsi
Editor: Adi Suhendi
"Biasanya saya buat gorengan jika ada pasar. Namun tidak lagi sekarang. Saya datang gali Odo untuk kebutuhan keluarga. Kalau kita tidak gali kita mau makan apa, intinya bisa bertahan hidup," ungkapnya.
Warga lainnya Kons Dhae (35) mengaku terpaksa harus mencari Odo di hutan sebagai pengganti beras.
"Ini baru pertama saya ikut. Kalau makan hampir setiap tahun. Memang karena stop pangan menipis. Paling hasil kebun saja seperti jagung," ungkapnya.
Ia menyatakan lebih baik mencari bahan pangan alternatif ketimbang tidak mencari apa-apa. Lebih baik menyiapkan stok pangan demi menjaga stabilitas pangan di rumah tangga.
Warga lainnya, Albertus Podhi (30) menyatakan selama ini masyarakat bergantung pada komidi pertanian dan kebun. Hasil kebun dijual di pasar. Saat ini pasar Nangaroro sudah tutup dan masyarakat tidak lagi jalan-jalan ke Pasar.
"Karena memang dampak Covid-19. Saya baru tahun ini ikut gali Odo. Memang stok pangan menipis. Kita bisa jual hewan, tapi jual di mana, pasar tutup, orang tidak bisa datang beli," ungkapnya.
Penulis: Gordi Donofan
Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Stok Pangan Menipis Warga Woedoa di Nagekeo NTT Makan Ubi Beracun
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.