Pengamat Terorisme Menduga Penyerang Wakapolres Karanganyar Masuk Jaringan Bom Thamrin
Tayyip masih belum mengetahui motif pelaku melakukan penyerangan terhadap rombongan Wakapolres Karanganyar itu.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNNEWS.COM, KARANGANYAR - Terduga teroris berinisial KW yang menyerang Wakapolres Karanganyar Kompol Busroni asal Kabupaten Madiun Jatim diduga masuk jaringan bom Thamrin.
Aksi penyerangan yang sempat menghebohkan dunia karena ada sejumlah terduga teroris tewas meledakkan diri dan warga ikut menjadi korban pada Januari 2016 di sekitar Plaza Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Pengamat radikalisme dan terorisme, Tayyip Malik menduga pelaku penyerangan Wakapolres Karanganyar Kompol Busroni dan rombongan yang menyebabkan dua orang terluka sabetan sajam semacam celurit termasuk dalam jaringan bom Thamrin.
"Prediksinya, mantan residivis (napiter) yang terlibat kasus bom Thamrin yang pernah ditangkap di Malang," tutur Tayyip kepada TribunSolo.com, Senin (22/6/2020).
"Kalau memang benar, ia pernah ditangkap setelah bersembunyi di sebuah makam pada tahun 2016," tambahnya.
Namun Tayyip masih belum mengetahui motif pelaku melakukan penyerangan terhadap rombongan Wakapolres Karanganyar itu.
Yakni saat kegiatan susur Gunung Lawu dalam rangka HUT ke-74 Bhayangkara, Minggu (21/6/2020) sekira pukul 10.20 WIB.
"Saya belum tahu, melihat di beberapa aksi terbaru, target masih pihak kepolisian," ucap dia.
Baca: Bripda Hanif dan Relawan Jarot Broto Sarwono, Korban Penyerangan OTK Kini Menjalani Rawat Jalan
Baca: Buntut Penyerangan Wakapolres Busroni, Mapolres Dijaga Brimob Bersenjata Hingga Tim Penjinak Bom
"Target yang lain apa? Belum terlalu signifikan, memang semua dialihkan ke situ (polisi)," imbuhnya.
Menurutnya, itu dipicu lantaran beredarnya foto-foto yang melibatkan personel kepolisian saat giat di pintu masuk jalur pendakian via Cemoro Kandang, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar tersebut.
"Selama ini masih ada, misalnya beredar foto kepolisian, itu membuat semangat tinggi mereka melakukan balas dendam," kata Tayyip.
"Maka penting untuk tidak menyebarkan foto-foto itu, kalau sampai disebarkan itu bisa memunculkan potensi agitasi baru," papar dia.
"Mereka bisa semakin semangat melakukan aksi balas dendam," tandasnya.