Cerita Warga Aceh Tak Rela Kapal Rohingya Menjauhi Pantai: Tarik Kemari, Kami yang Beri Makan
Saat penarikan kapal itulah warga mulai menyuarakan protes. Mereka menolak kapal ditarik menjauh dari tepi pantai.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Sebanyak 100 warga negara asing (WNA) etnis Rohingya yang terdampar di lepas Pantai Seunuddon, Aceh Utara, akhirnya dievakuasi ke darat, Kamis (25/6/2020).
Proses evakuasi itu diwarnai dengan drama tangis dan protes warga yang tak ingin kapal tersebut ditarik menjauh dari tepi pantai.
Kapal yang mengangkut warga etnis Rohingya itu awalnya ditemukan tiga nelayan lokal pada Rabu (24/6/2020) pagi, terombang-ambing di laut lepas, sekitar 4 mil dari pesisir pantai Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara.
Para imigran itu kemudian dievakuasi ke kapal nelayan setempat dan ditarik menuju perairan Syamtalira Bayu.
Namun mereka tak dizinkan turun, dan tetap berada di dalam kapal yang berjarak sekitar satu mil dari tepi pantai Lancok, Syamtalira Bayu.
Sedangkan di tepi pantai dipenuhi masyarakat yang ingin menyaksikan.
Aparat keamanan dari TNI dan Polri, termasuk petugas kesehatan dan imigrasi terlihat siaga di tepi pantai.
Sekitar pukul 11.00 WIB, satu boat dengan personel tim BPBD Aceh Utara, TNI, dan Polri, meluncur ke lokasi kapal imigran Rohingya dengan membawa nasi bungkus dan juga dua tabung berisikan cairan desinfektan untuk menyemprot kapal.
Menjelang siang, akibat dihempas ombak, posisi kapal tersebut semakin mendekat ke tepi pantai, sehingga hanya berjarak sekitar 30-an meter dari tepi pantai.
Aparat keamanan kemudian memutuskan menarik kapal itu menjauh dari pantai dengan menggunakan dua speedboat.
Baca: Sempat Ada Tangis & Protes Warga, Kapal Imigran Rohingya Kembali Ditarik ke Tepi Pantai Lancok Aceh
Baca: Kapal yang Mengangkut 94 Warga Rohingya Dibawa ke Tepi Pantai Syamtalira Bayu, Aceh Utara
Saat penarikan itulah warga mulai menyuarakan protes. Mereka menolak kapal ditarik menjauh dari tepi pantai.
"Sayang that aneuk mit mantong ipip deik lam kapai dum. Kapai reuleh dan boco. Kiban meunyoe lham. Tarek keuno aju, kamoe yang bi bu (Sayang sekali anak-anak kecil masih ada yang menyusui di dalam kapal. Kapal rusak, dan bocor. Bagaimana kalau tenggelam. Tarik kemari sekarang, kami yang beri makan)," teriak salah seorang warga.
Warga pun terlihat semakin emosi, bahkan ada yang mengambil speedboot bertuliskan Basarnas, berupaya menjemput kapal Rohingya kembali ke tepi pantai.
Sementara di sisi lain, beberapa perempuan terlihat menangis. Mereka juga mengaku sedih dengan kondisi kapal imigran Rohingya yang harus ditarik kembali menjauh dari tepi pantai.