Mentan Syahrul Apresiasi Petani Milenial Budidayakan Sayuran Organik
Sektor pertanian menjadi satu-satunya solusi karena tidak mengenal krisis sepanjang diolah dengan optimal.
Editor: Hasanudin Aco
Bupati Semarang, Mundjirin ES mengapresiasi kunjungan kerja Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk memajukan pengembangan komoditas hortikultura khususnya sayuran yang permintaanya saat ini naik 300 persen.
Budidaya sayuran di SOM Kepang sudah dikunjungi oleh investor dari Singapura dan membuktikan sayuran petani Kepang benar-benar organik.
"Harga sayuran yang dihasilkan di sini cukul tinggi hingga Rp 100 ribu per kilogram, dipasarkan secara lokal, masuk supermarket dan sekarang merambah pasar online," sebutnya.
"Selain itu ada beberapa yang pernah diekspor seperti buncis. Disamping itu juga ada beberapa buah-buahan seperti alpukat dan durian telah sertifikat. Petani kami juga membudidayakan bunga seperti krisan dan ada juga tanaman lain seperti empon-empon dan jahe," pintanya.
Perlu diketahui, luas lahan pertanian Kabupaten Semarang 25 ribu hektar atau hanya 3% kurang dari luas lahan Provinsi Jawa Tengah.
Pengembangan produk sayuran di SOM Kepang dilakukan 10 kelompok tani luasnya 50 hektar.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto mengaku optimis dapat menjadikan komoditas hortikultura guna menopang perekonomian dan menjawab tantangan dari dampak covid- 19.
Dengan demikian monitoring serta evaluasi nantinya akan dilakukan untuk penumbuhan dan penguatan para petani milenial di sentra hortikultura.
"Dulunya petani identik dengan orang-orang tua, namun di Kopeng Kabupaten Semarang ada sekumpulan anak muda yang menekuni budidaya sayuran organik. Mereka mengerjakan sendiri dari budidaya hingga pemasaranya. Model ini kita harus tularkan ke daerah lainnya agar perekonomian rakyat tidak terpengaruh dampak covid -19," ungkapnya.
Sofyan Adi Cahyono, petani milenial SOM Kepang sekaligus Ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Citra Muda mengatakan di masa pandemi hingga new normal justru menyebabkan permintaan sayur organik naik pesat.
Trend konsumen masa kini sudah beralih dari produk segar ke produk pangan organik yang aman sehingga pemasaran dominan dilakukan secara online.
"Jenis usaha yang kami rintis adalah budidaya sayuran organik dengan aspek egalitas berupa tanda daftar kelompok tani yang beranggotakan 30 anggota petani muda, bersertifikat organik Indonesia dari INOFICE. Omset Rp 300 juta perbulan. Kami garap lahan seluas 10 hektar ditanami lebih dari 50 jenis sayuran," ujarnya.
Sofyan menegaskan di masa pandemi dan new normal ini merupakan momentum yang sangat menguntungkan mengembangkan budidaya sayuran.
Permintaan tidak hanya dalam Jawa Tengah, tapi juga merambah Sumatera.