Kijang Merah Kamto dan Detik-detik Letusan Dahsyat Merapi 26 Oktober 2010
Menggunakan mobil Toyota Kijang warna merah nopol AB 1927 KZ, Pakde Kamto membantu mengevakuasi warga Ngrangkah hingga Kinahrejo
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
“Sekali putar bisa balik arah. Saya sampe heran, karena jalannya sempit,” ujarnya.
Di sebelah barat rumah itu, Kamto melihat ada sekelompok pria duduk-duduk di teras sebuah rumah. Mereka meriung, menolak saat diajak turun.
Rekaman video yang diunggah akun You Tube Jogja Magazine , memperlihatkan para pria itu tampak enggan dan ingin bertahan menjaga kampungnya.
Kamto yang sudah mendengar informasi di radio komunikasi supaya warga segera turun karena bahaya, meninggalkan mereka.
“Saya segera minta tinggalkan mereka, dan kita turun. Di beberapa titik kita ambil warga yang menunggu di tepi jalan,” ungkapnya.
Sukamto membawa mereka ke Balai Desa Umbulharjo, dan ia bergegas menuju Bumi Perkemahan Sinolewah, mengevakuasi barang-barang miliknya.
“Saya tidak tahu lagi apa yang terjadi sesudah itu, dan hanya mendengar awan panas menyapu Kinahrejo,” ujar Kamto yang pernah membantu warga Turgo terdampak letusan 1994.
Pria berusia 61 tahun itu mengaku bersyukur, lolos dari terjangan awan panas. Andai saja ia terlambat turun, mungkin tidak akan selamat.
Mobil Kijang merahnya juga masih dirawat sangat baik.
“Saya cat ulang, karena habis erupsi itu semua berkarat karena abu vulkanik itu sangat korosif,” ujar Kamto.
Baca juga: BPPTKG Sebut Erupsi Merapi Semakin Dekat, Letusan Tak Akan Sebesar 2010, Ini Penjelasannya
Mobil itu terus menemaninya berkegiatan di lereng Merapi, dan ke berbagai tempat karena Sukamto aktif di seni kerawitan. Ia punya sanggar seni di Dusun Pandanpuro, Candibinangun.
Mobil yang sama ditumpangi wartawan Tribun pada 2 Oktober 2020, saat napak tilas jejak usaha penyelamatan yang dilakukan Kamto di sore jelang petang, Selasa, 26 Oktober 2010.
Mbah Mujirah, Warga Ngrangkah Lolos dari Wedhus Gembel
Mbah Mujirah, warga Ngrangkah, rumahnya beberapa puluh meter di bawah kediaman almarhum Mbah Maridjan, mengaku mengetahui Sukamto naik, melintas sebelah rumahnya, mengajaknya turun sore itu.