Napi 15 Tahun Tewas Gantung Diri, Ahli: Anak-anak yang Dikurung Punya Potensi Gangguan Jiwa
Ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel memberikan pandangannya terkait tewasnya napi anak, DS (15) dengan cara gantung diri.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, memberikan pandangannya terkait tewasnya napi anak, DS (15) dengan cara gantung diri.
Ia memaparkan, berdasarkan studi yang ada, anak-anak yang dikurung memperburuk kondisi kejiwaannya.
"Anak-anak yang dikurung memiliki potensi mengembangkan gangguan jiwa dan bunuh diri lebih tinggi."
"Tapi potensi itu baru muncul setelah dewasa," katanya kepada Tribunnews, Senin (16/11/2020).
Reza melanjutkan, tewasnya DS bukan berarti penanganan napi anak di LPKA Bandar Lampung buruk.
Ia menilai, pemenjaraan justru lebih memungkinkan diselenggarakannya program pembinaan (rehabilitasi) secara lebih sistematik dan komprehensif.
Jadi, potensi kesembuhan napi anak justru diramal lebih positif, sehingga bunuh diri pun bisa ditangkal.
Baca juga: Perempuan Muda Ditemukan Tewas Terbungkus Selimut di Kamar Hotel Semarang, Diduga Korban Pembunuhan
"Jika ini dilaksanakan secara konsekuen," tegas pria yang juga bertugas sebagai Konsultan Lentera Anak Foundation ini.
Reza menunjukkan data yang menyebut kebanyakan penghuni lapas anak bukanlah pelaku kekerasan.
Serta di dalam penjara, napi anak dijauhkan dari orang-orang terdekatnya yang akhirnya akan membuat anak semakin drop.
"Risiko (napi anak, red) kebahayaannya terhadap masyarakat bisa dibilang rendah. Alhasil, apa poinnya anak dipenjara?" tanya dia.
Reza menilai, aksi bunuh diri di dalam lapas lebih banyak diakibatkan oleh penyalahgunaan narkoba.
"Penyalahgunaan narkoba bersama depresi dan gangguan perilaku agresif tercatat sebagai faktor risiko yang paling berpengaruh bagi tindakan bunuh diri," tandasnya.
DS Ditemukan Tewas