Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Pemicu Banjir di Kota Barabai Menurut Dosen Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat

Kejadian tahun ini menjadi banjir besar keempat yang melanda Martapura dalam catatan sejarah Banua dengan spasialnya lebih luas

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Ini Pemicu Banjir di Kota Barabai Menurut Dosen Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat
ist
Seorang warga menyelamatkan kasurnya dari kondisi banjir di kediamannya di Barabai, Kabupaten HTS, Kalse, Senin (13/9/2010). 

Untuk pengaturan pertanian diupayakan pembuangan dan pengaliran air banjir dan air rawa dilakukan lewat celah-celah dan kanal yang digali dari sungai-sungai dengan ukuran serupa.

Pematang sendiri pada sisi luarnya sangat tinggi terendam lumpur sehingga di sini hanya banjir tinggi yang bisa mengalirinya.

Banjir di wilayah Borneo (Kalimantan. red) bagian selatan, seperti Barabai memang periodik terjadi tiap tahun.

Walaupun tingginya bervariasi, akan tetapi debitnya tidak terlalu tinggi.

Hendrik Juriaan Schophuys dalam Het Stroomgebied Van De Barito (1936) menuliskan, bandjir yang termasuk kategori berbahaya dan ditakuti penduduk terjadi sekitar bulan-bulan musim timur, Juli sampai Oktober.

“Di wilayah hulu, terutama di dataran rendah, perbatasan daerah perbukitan dan area perbukitan itu sendiri, banjir hanya bertahan beberapa hari.

Terkadang bahkan hanya dalam hitungan jam. Air limpahan hujan deras masuk sungai, sehingga air sungai naik & turun kurang lebih dari 10 meter dalam waktu singkat.

BERITA REKOMENDASI

Banjir di wilayah hulu Sungai terutama Barabai memang sering terjadi,” jelas Mansyur.

Baca juga: Dua Lansia di Barabai Kabupaten HST Meninggal karena Lemas dan Kedinginan

Dalam perjalanan musibah banjir tercatat di Barabai (13 Januari 1928) berlangsung sekitar 30 jam.

Ketinggian air tertinggi di alun-alun di Barabai (sekarang lapangan Dwiwarna) adalah sekitar 45 centimeter. 

Sementara itu di wilayah Pagat, laju aliran terendah dan tertinggi ditemukan antara 8 dan 190 meter per detik.

“Banjir yang terjadi di tahun 1928 ini lalu diabadikan Tichelman ke dalam beberapa buah foto banjir di Jalanan Barabai bertema “overstroomde straat te Barabai”.


Foto ini kemudian dipublikasikan KITLV,” kata dosen yang aktif menulis ini.

Sementara Francis Henry Hill Guillemard dalam Australasia Malaysia and the Pacific Archipelagoes, kata dia juga menuliskan sama.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas