Kisah Anton Medan Siapkan Liang Lahat Sendiri Sejak 19 Tahun Silam, Digali Sebelum Dirikan Pesantren
Sebelum wafat, mubaligh Ramdhan Effendi atau Anton Medan sudah menyiapkan liang lahat untuk pemakaman dirinya.
Editor: Adi Suhendi
"Iya yayasan sudah tutup dari tahun 2012, kalau pesantrennya sih masih tetap berjalan. Malahan setiap bulan itu ada saja eks napi yang datang untuk mondok di sini," terangnya.
Menjelang bulan ramadhan para santri sudah banyak yang pulang ke kampung halamannya masing-masing untuk melaksanakan ibadah puasa bersama keluarganya.
"Emang engga banyak, kalau bulan puasanya biasanya pada pulang," katanya.
Menurutnya, santri yang merupakan mantan napi itu selain dibekali ilmu agama juga diajarkan berwira usaha selama berada di pondokan.
Seperti belajar ngelas, beternak hingga menjahit agar setelah mereka keluar sudah punya bekal keahlian untuk melanjutkan hidupnya dan tidak kembali terjerumus dalam dunia hitam.
"Mereka diajarin baca alqur'an dan shalat. Ada juga alumni yang sekarang sudah bisa membuka pondok pesantren sendiri dikampunya," kata lelaki yang juga mengajar di Pondok Pesantren Attaibin ini.
Arsitektur Gaya Tionghoa
Disisi lain, arsitektur bangunan yang berada di pondok pesantren yang didirikan Anton Medan ini cukup unik.
Sebab, bentuk bangunnannya berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya.
Bagian yang paling mencolok terlihat di bangunan masjid yang mengambil gaya arsitektur tionghoa.
Deni mengatakan, jika bangunan Masjid Hok Tek Liong ini sengaja mengambil gaya bangunan di China sebagai ciri khas Anton Medan yang memang keturunan tionghoa.
Penulis: Damanhuri
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Wafat Karena Stroke, Ini Penampakan Kuburan Anton Medan yang Digali 19 Tahun Lalu:Tempat Terima Tamu