Kisah Anton Medan Siapkan Liang Lahat Sendiri Sejak 19 Tahun Silam, Digali Sebelum Dirikan Pesantren
Sebelum wafat, mubaligh Ramdhan Effendi atau Anton Medan sudah menyiapkan liang lahat untuk pemakaman dirinya.
Editor: Adi Suhendi
"Tadinya engga ditutup meja, tapi takutnya bahaya akhirnya ditutup jadi lebih terlihat rapih," kata dia.
Pantauan TribunnewsBogor.com, kuburan tersebut sudah tertutup atap yang sangat rapi.
Disekiling lokasi yang akan dijadikan tempat pemakaman itu pun tampak lantainya sudah berbalut keramik
Saat itu, lokasi kuburan tersebut dijadikan pendopo bagi tamu yang berkunjung ke Pondok pesantren tersebut.
Disekiling makam pun tampak terdapat sofa hitam yang dipasang tepat disamping kuburan yang tertutup meja.
Yayasan Tak Beroperasi Lagi
Selain Pondok Pesantren, dilokasi tersebut pun dibangun yayasan dengan mendirikan sekolah.
"Ada sekolahnya juga dan asrama untuk siswa, dulu itu yang tinggal di asrama bisa sampai 500 orang," ungkapnya.
Deni Chunk menjelaskan, berdirinya pondok pesantren Attaibin bermula ketika Tan Kok Liong atau yang dikenal dengan nama Anton Medan ingin menysiarkan Islam dengan membangun pesantren ini tahun 2002 lalu.
"Cita-cita bapak (Anton medan) ingin bangun pesantren untuk mualaf tionghoa, makannya didirikan pondok pesantren ini,"
"Pembangunan sekitar dua tahun, baru mulai beroperasi pada tahun 2004," tutur Deni saat ditemui TribunnewsBogor.com.
Sekolah yang didalamnya juga terdapat pondok pesantren bagi mantan narapidana dan mualaf tionghoa ini berdiri dilahan seluas 1,6 hektare.
Namun sayang, saat ini yayasan sudah tidak aktif lagi seperti beberapa tahun lalu.
Saat ini yang masih tersisa hanya pondok pesantren bagi eks napi serta mualaf tionghoa yang ingin belajar ilmu agama.