Satu Dusun Dilockdown Pasca Silaturahmi Lebaran
Satu dusun di Sleman, Yogyakarta, terpaksa dilockdom karena warganya banyak terpapar, pasca silaturahmi lebaran.
Editor: cecep burdansyah
Kepala Puskesmas Ngemplak I, Seruni A. Susila mengatakan, testing massal menyasar kepada seluruh warga yang ada di RT 1 dan RT 2, Dusun Nglempong. Jumlahnya 304 orang. Mereka, menjalani pemeriksaan kesehatan dalam dua metode. Swab PCR dan rapid antibodi.
"51 orang langsung kami swab PCR. Lainnya, rapid antibodi. Apabila rapid hasilnya reaktif maka langsung kami lanjutkan PCR," ujar dia.
Pantauan di lokasi, ratusan warga mengikuti testing dengan cukup tertib. Mereka mengantre satu per satu, dengan memakai masker dan saling menjaga jarak.
Nantinya, apabila ada warga yang dinyatakan positif Covid-19 maka akan langsung diisolasi, baik di fasilitas kesehatan darurat Covid-19 (FKDC) Asrama Haji, maupun isolasi mandiri jika memang fasilitas di rumahnya memungkinkan.
Di Dusun Nglempong, diketahui ada 39 warga reaktif seusai dites rapid antibodi. Kemudian mereka yang reaktif langsung dites usap (swab) PCR.
Seruni menjelaskan, total ada 79 warga Nglempong yang diambil sampel PCR. Rinciannya, 40 orang adalah warga yang sejak awal langsung di-PCR. Sementara, 39 orang lainnya merupakan lanjutan dari hasil rapid reaktif.
Semua sampel tersebut, saat ini sudah sampai di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) DIY, untuk dilakukan pemeriksaan metode PCR.
"Semua sampel pukul 13.00 WIB (kemarin), sudah sampai di BLKK untuk dilakukan pemeriksaan metode PCR," jelasnya.
Baca juga: Satu Kampung di Sleman Banyak yang Positif Covid-19, Ini Penjelasan dan Kronologinya
Asal Mula
Seruni menceritakan, kasus Covid-19 di Dusun Nglempong, Padukuhan Ngemplak II bermula pada tanggal 19 Mei 2021. Saat itu, ada satu warga yang dirawat di rumah sakit dan dinyatakan positif Covid-19. Selang sehari berikutnya, warga di beda RT ternyata positif juga.
Setelah di-tracing, ditemukan ada 5 warga yang bergejala dan positif. Mereka, tidak ada hubungan kekeluargaan dan rata-rata mulai bergejala, seperti tidak enak badan, batuk, pilek, sejak tanggal 17 Mei 2021.
Tim tracing kemudian menelusuri peristiwa seminggu ke belakang. Ternyata, seminggu yang lalu warga setempat sempat melaksanakan kegiatan bersama.
Bahkan, saat Lebaran, warga satu dengan lainnya saling berkunjung dan terjadi kontak fisik. Dari 5 kasus aktif di-tracing lagi dan ditemukan 7 kasus. Hingga kini, totalnya ada 12 warga yang positif.
"Polanya kami petakan. Tidak ada hubungan keluarga. Ternyata, (setelah) ditelusuri pernah saling kontak saat Lebaran. Artinya ini indikasi klaster Syawalan. Dan untuk memastikan itu, maka kami testing massal," ujar dia.