Pasien Ditolak 2 RS Meninggal di Taksi Online Jadi Sorotan, Penyekatan Juga Halangi Evakuasi Pasien
Ia pun mengingatkan bahwa penerapan penutupan jalan dalam masa PPKM Darurat merupakan upaya membatasi mobilitas
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Meninggalnya seorang wanita di dalam mobil taksi online di Kota Bandung menjadi perhatian masyarakat di masa PPKM darurat.
Pasalnya, selain telah ditolak oleh dua rumah sakit, usaha untuk mengevakuasi wanita bernama Kokom Komariah tersebut terhalang oleh penyekatan jalan.
Penyekatan jalan yang tujuannya untuk menanggulangi Covid, dalam hal ini justru malah menghalangi usaha warga yang membutuhkan pertolongan medis.
Komisi V DPRD Jawa Barat asal Partai Demokrat, Asep Wahyuwijaya menyesalkan hal itu.
Menurutnya, pemerintah harus belajar dari kasus tersebut, dimana pelaksanaan PPKM Darurat dengan cara penutupan jalan harus dilakukan secara proporsional serta tetap mengutamakan sisi kedaruratan dan kemanusiaan.
"Pelaksanaan PPKM Darurat dengan cara penutupan jalan harusnya dilakukan dengan proporsional. Jangan lantas ditutup terus ditinggalkan, apalagi tidak semua pasien yang kondisinya kritis selalu dibawa ambulance kan? Bisa jadi ada yang pake mobil pribadi, taksi online atau bahkan gojek," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Jumat (9/7/2021).
Baca juga: LaporCovid-19 Mencatat Selama Pandemi Setidaknya 1.207 Nakes Gugur akibat Covid-19
Menurutnya, dengan adanya petugas yang bersiaga di titik penyekatan, justru diharapkan dapat turut membantu memperlancar laju kendaraan yang mengangkut pasien, terutama pasien berstatus darurat untuk segera tiba di tempat tujuan, yaitu rumah sakit.
"Jadi mestinya, menurut hemat saya, saat jalan ditutup tetap harus ada yang menjaga, siapa tahu ada pasien kritis yang ingin lewat. Karena ada petugas yang stand by di sana, justru kendaraan yang mengangkut pasien mendapatkan prioritas, jangan malah jadinya terpaksa harus muter-muter cari rute alternatif lain yang semakin lama, dan akhirnya justru pasien semakin terlambat tertangani rumah sakit," ucapnya.
Ia pun mengingatkan bahwa penerapan penutupan jalan dalam masa PPKM Darurat merupakan upaya membatasi mobilitas, dengan tujuan menyelamatkan nyawa masyarakat dari potensi keterpaparan Covid-19.
Baca juga: Mobil Operasional Dishub Dialihfungsikan dan Dimodifikasi untuk Bantu Evakuasi Pasien Covid-19
Namun, jika penerapannya salah, maka akan salah juga dampak yang ditimbulkannya.
"PPKM Darurat ini filosofinya untuk menyelamatkan jiwa warga, bukan malah jadi mencelakakan nasib warga yang sedang kritis kondisinya. Absurd kalau begini prakteknya," katanya.
Sebelumnya, Seorang perempuan paruh baya bernama Kokom Komariah (57) warga Gang Andir, Kelurahan Pakemitan, Kecamatan Cinambo, Kota Bandung harus meregang nyawa di dalam sebuah taksi online yang sedang mengantarkannya ke rumah sakit setelah dirujuk dari Puskesmas Cijambe, Kamis (8/7/2021).
Baca juga: KMP Yunice Tenggelam, Komisi V DPR Minta Tim Fokus Evakuasi Penumpang dan Kru Kapal
Peristiwa itu sebelumnya diketahui lewat postingan di media sosial yang viral, seorang pengemudi taksi online menceritakan mengantar suami, ibu dan anak bungsu keduanya ke beberapa rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, setelah mendapat surat rujukan dari Puskesmas Cijambe.
Dari beberapa rumah sakit yang didatangi, salah satunya RS Hermina yang berlokasi di Jalan A.H. Nasution, keluarga tersebut harus gigit jari, karena informasi dari petugas rumah sakit, bahwa ruang IGD rumah sakit tersebut dalam kondisi penuh.
Pencarian rumah sakit pun berlanjut ke RS. Al-Islam, namun kondisi serupa pun terjadi di rumah sakit yang berada di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung.
Opsi terakhir pun dipilih pihak keluarga, untuk membawa pasien ke Rumah Sakit Santosa yang berada di Jalan Kebon Jati, Kota Bandung. Namun, sebelum tiba di tujuan, saat hendak melintas di Jalan Asia-Afrika, perjalanan mereka terhambat oleh pemberlakuan penutupan akses jalan karena pemberlakuan PPKM Darurat di Kota Bandung, sehingga memaksa taksi daring yang membawa pasien dan keluarganya tersebut harus memutar mencari akses jalan yang terbuka.
Baca juga: BPBD Evakuasi Dua Goweser Tersesat di Bukit Pemancar Cilegon
Namun, saat upaya tersebut dilakukan, pasien telah menghembuskan nafas terakhir dalam pelukan suaminya dan di dalam taxi online.
"Pas Adzan Dzuhur dijalan ke RS Santosa, tapi jalan banyak ditutup, Kata driver online-nya, harus keliling karena Jalan Asia Afrika ditutup, dan nyampe bakal lebih lama. Nah sekira pukul 12.30, istri saya lahun, sudah enggak ada, saya enggak sadar, ya Allah.
Saya bilang ke anak, si mamah sudah enggak ada," kata Agus, suami Kokom Komariah yang berprofesi sebagai penjual baso tahu ini saat ditemui di rumah duka, Jumat (9/7/2021).
Pernyataan rumah sakit
Upaya pencarian pun mengalami hambatan, karena rumah sakit rujukan Puskesmas Cijambe yaitu, Rumah Sakit Hermina ternyata tidak dapat melayani, karena penuhnya pasien di ruang perawatan IGD, begitu juga saat ia bertolak ke RS Al-Islam, untuk kedua kalinya ia harus gigit jari karena rumah sakit itu pun penuh.
Asa untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit, sempat datang, saat mendapat informasi dari kerabatnya bahwa RS. Santosa Kebon Jati masih menerima pasien baru non Covid-19, namun kondisi yang semakin lemah, ia pun harus menghadap sang Khalik di tengah perjalanan.
Baca juga: Buntut Warga Meninggal di Dalam Taxi Online, Kadinkes Kota Bandung; IGD Tak Boleh Tolak Pasien
Saat dikonfirmasi terkait penuhnya kondisi ruang IGD, Kepala Bidang Informasi dan Pemasaran RS Al-Islam, Guntur Septapati membenarkan kondisi penuhnya pasien yang tengah di rawat di IGD, sehingga pihaknya menerapkan pola buka tutup bagi pasien yang datang.
"Iya benar saat ini kondisi IGD kami penuh, baik IGD yang melayani pasien dengan keluhan Covid-19 maupun pasien non-Covid-19.
Kapasitas ruang wing atau IGD yang melayani pasien Covid-19 itu ada 12 dan semua sudah terisi penuh, bahkan pasien yang waiting list hingga data sore ini ada 11 orang, yang saat ini sementara dirawat di tenda BNPB.
Jadi yang belum mendapatkan ruang definitif atau ruang rawat inap ada 21 pasien," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Jumat (9/7/2021).
Sedangkan, untuk kondisi di IGD non-Covid-19, dari kapasitas delapan ruang observasi, seluruhnya penuh, bahkan hingga saat ini yang belum mendapatkan ruangan definitif mencapai 10 orang pasien.
Dengan penuhnya kondisi IGD RS Al-Islam, maka bagi pasien yang memerlukan bantuan oksigen, maka akan dialihkan ke rumah sakit lain untuk segera mendapatkan layanan perawatan.
"Kalau ada pasien baru datang dan memerlukan bantuan oksigen maka kami alihkan ke rumah sakit lain yang masih tersedia, karena kepasitas tabung oksigen yang kami miliki juga sangat terbatas, apalagi bagi pasien yang di rawat di IGD khusus Covid-19 selama ini kan menggunakan tabung oksigen portabel, karena ruang IGD belum terhubung dengan jaringan gas sentral. Jadi kalau kami terima terus (pasien baru) tapi ketersediaan tabung oksigen kami engga ada, kasihan juga kan pasiennya," ucapnya.
Guntur menjelaskan, berbeda dengan kondisi IGD khusus pasien Covid-19 yang menggunakan tabung oksigen portabel, kondisi di IGD non-Covid-19, meski telah terhubung dengan jaringan gas sentral, namun kapasitasnya disesuaikan dengan ketersediaan tempat tidur pasien.
"Kalau ada bed yang kosong, maka pasien baru non-Covid-19 bisa masuk dan dapat dilayani, tapi kalau bednya penuh, meskipun ruang IGD bagi pasien non-Covid-19 sudah terhubung dengan jaringan gas sentral, mohon maaf tidak bisa kami terima," ujar Guntur
Guntur menambahkan, jumlah pasien baik terkonfirmasi positif covid-19 maupun non Covid-19 yang datang ke IGD terus meningkat setiap harinya, dimana saat masa pembatasan layanan IGD di RSAI Bandung beberapa hari lalu, jumlah pasien baru mencapai 80 orang.
Bahkan, sebelum diberlakukannya pembatasan, volume pasien baru yang datang ke IGD mencapai seratus orang per hari.
"Volume pasien yang datang setiap harinya ke IGD kami itu mencapai 100 orang per hari, tapi saat kami lakukan pembatasan layanan IGD kemarin, sempat berkurang menjadi 80 orang per hari.
Meski kami sudah membuat pengumuman pembatasan juga, gimana pasien baru terus datang, dan kami pun engga bisa menolak juga, jadi kondisinya IGD tetap penuh," katanya.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Pasien Meningggal di Taksi Online Sempat Datangi Dua Rumah Sakit, Ini Tanggapan RS Al Islam Bandung