Jurus Walikota Kediri Pulihkan Ekonomi Saat Pandemi, Hampir Menangis (1)
Banyak yang tidak percaya dengan adanya covid-19, namun tersadar setelah ada keluarganya yang meninggal. Wali Kota Kediri terus meyakinkan..
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar sempat dibuat puyeng dan kalang kabut menyusul melonjaknya kasus positif Covid-19 di Kota Kediri.
Semula hanya dua atau lima kasus, tiba- tiba melonjak menjadi 100 sampai 150 kasus dalam sehari. Apalagi lonjakan kasus juga disertai dengan menipisnya stok pasokan oksigen di Kota Kediri.
"Jujur saja saya sempat kaget. Namun sudah kami prediksi, bahwa ada kasus di India yang sedemikian rupa, lalu ada mutasi virus varian delta. Yang menjadi kekhawatiran utama adalah oksigen. Kita cukup khawatir karena persediaannya langsung menipis dan itu berlangsung dua minggu." kata Wali Kota Abu Bakar kepada Direktur Pemberitaan Tribun Network yang juga Pemimpin Redaksi Harian Surya Febby Mahendra Putra di Balai Kota Kediri, Selasa (24/8).
Bahkan, lanjutnya, setiap hari pihaknya selalu menanyakan soal oksigen yang belum datang.
"Gimana caranya, datang kita kawal dengan mobil polisi dari Gresik ke sini. Itu oksigen cair. Lalu kita minta tolong salah satu suplier oksigen yang kebetulan dulu sebelum pandemi covid melayani industri, kita jadikan untuk melayani kesehatan," ungkap wali kota yang akrab dipanggil Mas Abu itu.
Selengkapnya simak wawancara eksklusif dengan Mas Abu berikut ini.
Boleh dong cerita sedikit selama masa PPKM Darurat yang terjadi di wilayah Kota Kediri?
Jadi selama PPKM Darurat ini di awal kami masih baik-baik saja. Ada tambahan dua, lalu lima, lalu nol lagi. Tapi beberapa hari setelah PPKM Darurat, tepatnya semingguan ternyata kasusnya langsung eksponensial mencapai 50, 100 bahkan 120.
Jujur saja saya sempat kaget. Namun sudah kami prediksi, bahwa ada kasus di India yang sedemikian rupa, lalu ada mutasi virus varian delta membuat kami menghidupkan tempat-tempat yang tidak kita gunakan kita hidupkan lagi.
Tadinya rumah sakit sudah mulai kendor, lalu kita push lagi. Ayo kita siapkan lagi. Tak lama setelah itu angka bed occupancy rate (BOR) meningkat lagi dan bahkan ada yang menunggu di depan UGD sampai 25 orang.
Ada yang meninggal. Jadi kita puyeng tidak karuan. Tapi Alhamdulillah kita bisa sesegera mungkin mengendalikan.
Yang menjadi kekhawatiran utama adalah oksigen. Kita cukup khawatir karena persediaannya langsung menipis dan itu berlangsung dua minggu.
Setiap hari kita tanya oksigen-oksigen belum datang. Gimana caranya datang kita kawal dengan mobil polisi dari Gresik ke sini. Itu oksigen cair, lalu kita minta tolong salah satu suplier oksigen yang kebetulan dulu sebelum pandemi covid melayani industri, kita jadikan untuk melayani kesehatan.
Ketika BOR tinggi apa yang dirasakan? Stres atau mengurangi waktu tidur Pak Wali?