Pertama di Indonesia, Pabrik Terigu di Medan Ini Gunakan Sumber Energi Terbarukan
Pemasangan sistem PLTS dengan kapasitas 2.4 megawatt-peak ini, merupakan investasi jangka panjang dalam pengembangan unit usaha Bungasari
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Penggunaan energi terbarukan berbasis tenaga surya dengan penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap mulai dimanfaatkan kalangan industri.
Salah satunya dilakukan PT Bunga Flour Mills Indonesia atau Bungasari di salah satu pabriknya di Kawasan Industri Medan 4, Sumatera Utara.
Baca juga: Gandeng Developer Lokal, Huawei akan Kembangkan HMS dan HarmonyOS di Indonesia
Pemasangan sistem PLTS dengan kapasitas 2.4 megawatt-peak ini, merupakan investasi jangka panjang dalam pengembangan unit usaha Bungasari di belahan barat Indonesia, sekaligus mengurangi dampak buruk lingkungan dengan menghadirkan energi ramah lingkungan.
Produsen tepung terkemuka Indonesia ini menggandeng PT Xurya Daya Indonesia, sebuah startup nasional penyedia jasa pembangunan PLTS atap, guna mengoptimalkan program ramah lingkungan, dengan memanfaatkan energi terbarukan.
Budianto Wijaya dari Bungasari dan Eka Himawan dari Xurya meneken perjanjian pembangunan PLTS atap tersebut di Jakarta, Jumat (10/9/2021),
"Setelah penandatanganan perjanjian, tim pembangunan PLTS atap ini segera masuk ke tahap berikutnya, yakni proses desain dan konstruksi," jelas Presiden Direktur Bungasari Budianto Wijaya melalui keterangan resminya, Sabtu (11/9/2021).
Baca juga: Sempat Tegang Gara-gara LCS, China Janjikan 3 Juta Dosis Vaksin untuk Vietnam
Untuk waktu pemasangan dan penyelesaian proyek ini diperkirakan memakan waktu sekitar lima hingga enam bulan sehingga di awal tahun 2022 proyek ini diharapkan sudah selesai di tahap awal dan bisa mulai beroperasi.
Memanfaatkan atap pabrik dengan membangun PLTS atap merupakan bentuk partisipasi Bungasari dalam menekan tingkat pemanasan global, yang mengancam keberlangsungan produksi pertanian akibat dampak cuaca ekstrem.
Inisiatif Bungasari ini juga menjadi sejalan dengan Gerakan Nasional Sejuta Surya yang telah dikampanyekan oleh pemerintah sejak tahun 2017.
Managing Director Xurya Eka Himawan mengatakan, pihaknya mengapresiasi komitmen Bungasari sebagai pabrik terigu pertama di Indonesia yang menggunakan energi baru terbarukan dalam kegiatan operasionalnya.
Baca juga: Kebakaran Lapas Tangerang Naik ke Tahap Penyidikan, Polisi Siapkan Surat Panggilan ke Puluhan Saksi
Langkah ini tentu sangat penting untuk mengurangi dampak climate change yang dapat mengancam keberlangsungan produksi pertanian.
Setiap industri memang perlu memperhatikan aspek lingkungan dalam kegiatan operasionalnya, dan Bungasari telah selangkah lebih maju dalam hal ini.”
Dengan beroperasinya proyek PLTS atap ini, Bungasari akan memproduksi sendiri energi listrik untuk kebutuhan pabriknya di Medan, dengan sumber tenaga surya sebesar 2.940.819 kilowatt-hour (kWh) per tahun atau setara dengan penghematan pengeluaran hingga Rp3 miliar per tahun.
Produksi energi listrik bersih tersebut juga setara dengan pengurangan karbon dioksida sejumlah 68.668.113 kg atau konsumsi listrik untuk 46,969 rumah atau green house gas (22.261.996 liter).
Selain itu, dengan pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, Bungasari juga melakukan penghematan yang sebanding dengan penghematan emisi atas 14.704 kendaraan roda empat. Kemudian mendorong ekonomi hijau dengan perbandingan penanaman pohon sejumlah 881.414 pohon.
"Pembangunan PLTS atap di Medan ini merupakan pilot project Bungasari dalam menggaungkan kepedulian terhadap lingkungan. Kami tentunya berharap inisiatif ini dapat terus berlanjut ke pabrik-pabrik Bungasari lainnya," jelas Budianto.
Budianto juga mengungkapkan, selain proyek energi terbarukan, Bungasari pun tengah merencanakan pengerjaan proyek pemanfaatan energi gas buang yang bersumber dari gas engine di salah satu pabrik Bungasari di Cilegon, Banten.
Proyek ini akan memberikan manfaat penghematan energi listrik sejumlah 824.000 kWh per tahun atau selaras dengan jejak karbon (carbon foot-print) sejumlah 570 ton karbon dioksida per tahun. Bagi Bungasari, inisiatif ini semakin mengukuhkan komitmennya terhadap pembangunan masa depan hijau dan berperspektif iklim.