Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jalur Pantai Selatan yang Membentang dari Banten hingga Banyuwangi Ditargetkan Tuntas 2029

Jalur yang membentang dari Banten hingga Banyuwangi direncanakan bakal memiliki panjang lebih dari 1.500 kilometer (km).

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Jalur Pantai Selatan yang Membentang dari Banten hingga Banyuwangi Ditargetkan Tuntas 2029
Tribunnews/JEPRIMA
Ilustrasi: Suasana jalur mudik Pantai Selatan (Pansela) kawasan Trenggalek, Jawa Timur, Rabu (30/5/2018). Jalur mudik kawasan tersebut relatif baik dan tidak berlubang namun perlu diwaspadai jalur tersebut rawan longsor. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia terus berbenah dengan sejumlah pembangunan infrastruktur. Beberapa pembangunan dilakukan di kawasan Mataraman, seperti Bandara Internasional Dhoho di Kabupaten Kediri dan jalur pantai selatan (Pansela).

Dalam launching TribunMataraman.com, Direktur Jenderal Bina Marga Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Hedi Rahadian mengatakan pembangunan jalur Pansela ditargetkan tuntas pada 2029.

Jalur yang membentang dari Banten hingga Banyuwangi itu direncanakan bakal memiliki panjang lebih dari 1.500 kilometer (km).

"(Jalur Pansela) Dari Jawa Timur sendiri kita rencanakan ada 630 km, yang sudah tersambung sekarang kira-kira 380 km. Jadi ada 250 km lagi yang masih kita kembangkan dan harus kita bangun, dan rencananya ini akan tuntas di 2029," ujar Hedi, dalam webinar 'Percepatan Pembangunan Perekonomian Wilayah Mataraman', Jumat (17/9/2021).

Hedi mengungkap pihaknya berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan Mataraman dengan memberikan aksesibilitas dan konektivitas melalui prasarana jalan raya. Terutama di daerah yang selama ini relatif terisolir.

Ekonomi disebutnya bakal timbul ketika ada pergerakan yang smooth baik dari orang maupun barang.

Wilayah Mataraman sendiri memiliki kontur pegunungan dan perbukitan, sehingga perlu mendorong perekonomian yang sesuai dengan karakterisktik alamnya.

BERITA TERKAIT

Menurutnya kekuatan ekonomi di kawasan tersebut berada di sektor agro hingga wisata budaya dan alam.

"Jadi perancangan sistem jalan juga harus memperhatikan hal seperti itu. Agak berbeda dengan kawasan utara yang memang disana ada pelabuhan cukup besar dan tentu insentitas dan akses mobilitasnya agak berbeda. Disini masalah konservasi harus menjadi pertimbangan juga dalam pengembangan wilayah," katanya.

Baca juga: Jokowi Beri Tenggat 4 Hari Kepada Menteri PUPR Perbaiki Jembatan Mataraman yang Putus Akibat Banjir

Tengah dan Selatan Jawa

Selama ini, Hedi mengatakan prioritas pembangunan memang diarahkan ke jalur pantai utara (Pantura) dengan meningkatkan travel time di kawasan tersebut.

Sebab Pantura diibaratkan Hedi sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Namun, kini PUPR menilai perlu ada penyediaan akses ke tengah dan selatan Jawa.

Saat ini Hedi menyebut pihaknya sedang mengupayakan akses dari utara ke tengah kemudian ke selatan. Seperti dari Malang ke Pancir, kemudian Kertosono ke Kediri, serta Kediri ke Tulungagung.

"Kenapa kita perlu beri akses dari selatan? Memang jalur Pansela itu membentang semacam trans selatan dimana menghubungkan titik-titik kota selatan di sepanjang Pulau Jawa, tapi kami melihat pengguna dari produk-produk di selatan itu adalah tengah dan utara utamanya," kata Hedi.

"Jadi kita memberikan perhatian khusus dalam bagaimana mengkoneksikan tengah dan selatan. Selatan ini tanpa ada akses yang mencukupi dari daerah tengah maka akan sepi," imbuhnya.

Berdasarkan pengamatannya, Hedi menyampaikan jalur pansela terbilang penting, terutama menyambungkan kawasan selatan ke selatan. Meski bukan jalur ekonomi, pansela bisa dibilang jalur wisata.

"Kalaupun ini kami melihatnya ini selatan-selatan agak berbeda dengan utara. Utara ini adalah jalur ekonomi, tapi selatan ini kami melihatnya sebagai jalur wisata karena karakter alam dan peninggalan budayanya sangat mendukung. Tapi kalau ekonominya tentu ada konektivitas tengah, selatan ke tengah dan utara itu juga penting," ucapnya.

Baca juga: Serius Pengen Kerja Via Jalur Magang? Ini Dia Daftar Perusahaan yang Punya Program Akselerasi Karier

Di sisi lain, Hedi tak menampik bahwa pandemi Covid-19 sedikit mengganggu rencana pembangunan pansela ini.

Pergerakan orang dan barang otomatis menjadi sulit. Belum lagi dana APBN di tengah pandemi memang terbatas, hingga pengadaan tanah.

"Kita ada beberapa hal (kendala) dalam membangun pansela ini. Karena pertama memang dana APBN kita sangat terbatas ya. Jadi kita saat ini banyak mengandalkan pinjaman dari bank multilateral. Kemudian di wilayah Mataraman ini di catatan kami total Pansela sekitar 194 km. Yang sudah terbangun sekitar 98 km, jadi masih ada sekitar 100 km yang belum terbangun, terputus karena (pandemi) ini. Di lain sisi pendanaan juga ada masalah pengadaan tanahnya," kata Hedi.

Bandara Dhoho Dibangun Lewat Studi Mendalam

Selain jalur Pansela, pembangunan di kawasan Mataraman lainnya adalah Bandara Internasional Dhoho.

Rencananya bandara ini akan dibangun di Desa Grogol, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Djoko Sasono mengatakan keputusan pembangunan bandara tersebut sudah melalui proses studi mendalam.

"Keputusan membangun bandara ini sudah melalui proses studi yang sangat dalam. Sehingga dari berbagai aspek dipelajari dan muncullah keputusan untuk membangun bandara ini," ujar Djoko.

Ilustrasi: Jalan Tol Trans Jawa di simpang susun bandar Surabaya-Mojokerto di Jawa Timur.
Ilustrasi: Jalan Tol Trans Jawa di simpang susun bandar Surabaya-Mojokerto di Jawa Timur. (Garry AL/Kompas.com dari Tribun Jogja)

Menurutnya keputusan membangun bandara ini terbilang tepat karena menjadi centroid, yaitu titik-titik keseimbangan dimana nanti bisa memberikan kemanfaatan yang setara dan merata di kawasan-kawasan yang dilayani.

Djoko menyebut dengan adanya bandara ini bukan tak mungkin waktu tempuh orang yang melintas di kawasan Mataraman lebih cepat.

Dia mencontohkan dahulu Surabaya ke Kediri membutuhkan waktu tempuh 4-5 jam, kemudian dengan tol hanya 45 menit, dan adanya bandara ini diharapkan memperpendek waktu tempuh tersebut.

"Tentu ini memberikan suatu keuntungan terhadap peningkatan daripada value dari produk-produk di kawasan ini. Untuk itu sebenarnya ini sudah melalui proses-proses yang sangat dalam, sehingga keputusan ini diambil dan insyaallah mewakili bagaimana dulu sejarah membangun kerajaan Kediri," katanya.

Selain itu, Djoko menegaskan hadirnya bandara di Kediri akan berpengaruh terhadap konstelasi peningkatan konektivitas dan aksesibilitas.

Belum lagi akan dibangunnya jalur pansela oleh Kementerian PUPR akan mendukung hal itu.

Hanya saja, dia menyebut ada aspek yang harus dialami yaitu bagaimana peningkatan ini berkontribusi langsung terhadap mobilitas di kawasan Mataraman.

Sehingga nanti diharapkan ada value creation, dengan adanya pergerakan orang hingga logistik yang tumbuh di kawasan tersebut.

"Untuk itu kami memohon kepada bapak bupati dan wakil gubernur untuk menyiapkan hal-hal yang kiranya produk-produk Mataraman ini bisa menjangkau keluar dari wilayah Mataraman. Sehingga peningkatan nilai tambah ini betul-betul dirasakan," tegasnya.

"Kita merasa adanya Bandara Dhoho di Kediri nanti tentu memang meningkatkan suatu produktivitas, dan kita yakin memang setiap transportasi pasti mempunyai suatu karakteristik sendiri," kata dia.

"Pak Wagub dengan sangat gamblang menjelaskanya. Kami mohon juga kiranya dukungan dari bupati dan wali kota di kawasan Mataraman menyiapkan semuanya. Supaya nanti ketika bandara ini beroperasi, jalan tol siap, semua nanti bersinergi dan Mataraman ini menjadi sejahtera," lanjutnya. (Tribunnetwork/Vincentius Jyestha)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas