Polda Jateng Bongkar Perdagangan Anak Berkedok Kos-kosan
Polda Jateng sukses membongkar sebuah kos-kosan yang dijadikan lokalisasi pelacuran dengan korban anak di bawah umur. Karaoke dijadikan kamuflase.
Editor: cecep burdansyah
Menurut keterangan Marni, pedagang di sekitar lokasi, memang banyak remaja-remaja cantik keluar masuk kos. Perempuan muda itu berpakaian seksi.
"Saya tahunya itu kos-kosan. Banyak cewek-cewek cantik, wajahnya masih kaya anak SMP dan SMA. Kalau keluar kos pakaiannya seksi-seksi," katanya.
Diberi fasilitas
Seorang korban perdagangan anak bawah umur, sebut saja Ririn mengaku sejak dirinya sekolah SD sering melihat orangtuanya cekcok. Orangtuanya kemudian berecerai. Dan sejak itu Ririn sering main keluar rumah. Akhirnya dia bergaul dengan teman sebaya yang tak peduli agama maupun norma di masyarakta.
"Sejak SMA,saya sudah jarang pulang ke rumah. Lebih nyaman tinggal di rumah teman. Kalau tidak, ada beberapa teman yang lebih tua dari saya dan tinggal di sebuah kos," kata Ririn mengenang.
Lama-lama Ririn sering mbolos tidak masuk sekolah. Akhirnya dia pun putus sekolah.
"Di sisi lain, orangtua sudah tidak mampu lagi membiayai sekolah saya. Saya diminta untuk membantu membiayai sekolah dengan bekerja. Kemudian saya putuskan untuk pergi dari rumah dan enggan untuk pulang," terangnya.
Ririn tahu keputusannya membuat orangtuanya khawatir. Namun, di sisi lain ia menyesal dengan kondisinya mengapa berada di posisi yang tidak pernah dialami oleh teman sebayanya.
"Saya pergi berminggu-minggu. Tinggal di sebuah kos teman di daerah Magelang. Saya tahu mereka mencari saya. Tapi rumah bukan lagi rumah bagi saya," tambah Ririn.
Waktu itu dia mendapat tawaran untuk bekerja. Tawaran itu datang dari orang yang dikenal oleh temannya. Beberapa temannya pun juga mengaku sudah pernah bekerja dengan orang tersebut.
"Kerjanya gampang dan ringan, cuma menemani orang minum saja. Seminggu nanti bisa beli HP dan perhiasan. Dan lain-lain tawarannya sangat menggiurkan," kenangnya.
Saat usia 16 tahun Ririn tergiur untuk "bekerja". "Kemudian saya mulai bekerja dan dibuatkan KTP palsu untuk dituakan biar aman. KTP itu masih saya simpan sampai sekarang," tuturnya.
Ririn dan teman-temannya dikirim ke Kalimantan. Di sana ditempatkan di mess.
"Saya sudah terlanjur diberi semua fasilitas, HP, perhiasan dan uang saku. Maka saya harus berangkat. Sampai di sana saya dipaksa melayani hidung belang. Baru sadar saya dijadikan PSK. Saya tolak keras," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.